SIFAT-SIFAT BENDA PADAT
a. Tujuan Kegiatan
Pembelajaran 1 :
-
Siswa memahami sifat-sifat benda
padat dan mampu menerapkannya
b. Uraian Materi 1 :
1.1 Sifat Fisis
Benda padat mempunyai bentuk yang tetap (bentuk sendiri), dimana
pada suhu yang tetap benda padat mempunyai isi yang tetap pula. Isi akan
bertambah atau memuai jika mengalami kenaikkan suhu dan sebaliknya benda akan
menyusut jika suhunya menurun. Karena berat benda tetap , maka kepadatan benda
akan bertambah, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :
<
Jika isi (volume) bertambah
(memuai), maka kepadatannya akan berkurang
<
Jika isinya berkurang
(menyusut), maka kepadatan akan bertambah
<
Jadi benda lebih padat dalam
keadaan dingin daripada dalam keadaan panas
Hubungan tentang kepadatan ini dapat dirumuskan :
Diamana p : kepadatan dengan satuan gram/cm3,
M : massa dengan satuan gram, dan V : isi atau volume dengan satua cm3
(cc : centimeter cubic). Pemuaian benda antara yang satu dengan yang lain
berbeda, tergantung dari koefisien muai ruang dari benda. Koefisien muai ruang
atau panjang benda padat dapat dilihat pada tabel 1.1. Ketentuan bahwa
koefisien muai ruang suatu benda adalah bilangan yang menunjukkan pertambahan
ruang dalam cm3 suatu benda yang isinya 1 cm3 , bilamana
suhunya dinaikkan 10C. Dalam rumus ketentuan ini dapat ditulis :
dimana : volume benda pada suhu t10C atau cc, : volume benda pada suhu t20C atau cc,
t1 : suhu benda sebelum dipanasi, t2 : suhu benda sesudah
dipanasi, dan a : koefisien muai ruang (alpha).
Tabel 1.1 Koefisien
muai-panjang dan muai-ruang benda padat
No.
|
Jenis bahan
|
Koefisien muai panjang ( l )
|
Koefisien muai ruang ( a )
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Besi
Marmer
Nikel
Emas
Kuningan
Platina
aluminium
|
0,000012
0,000012
0,000013
0,000014
0,000019
0,000019
0,000024
|
0,000036
0,000036
0,000039
0,000042
0,000057
0,000057
0,000072
|
Jika akan menghitung perpanjangan saja, maka
dapat menggunakan koefisien muai-panjang l (lambda), menyatakan bahwa koefisien muai-panjang sustu benda
adalah bilangan yang menunjukkan pertambahan panjang dalam cm dari suatu benda
yang panjangnya 1 cm bila dinaikkan suhunya 10C. Untuk jelasnya
dapat dirumuskan dalam persamaan :
dimana : panjang benda pada suhu t10C atau cc,
: panjang benda pada suhu t20C atau cc,
t1 : suhu benda sebelum dipanasi, t2 : suhu benda sesudah
dipanasi, dan l : koefisien muai-panjang (lambda).
Panas jenis
bahan padat
Yang dimaksud dengan panas jenis suatu zat adalah
bilangan yang menunjukkan berapa kalori yang diperlukan oleh 1 gram zat itu
pada tiap kenaikkan suhu 10C. Berikut adalah tabel panas-jenis
beberapa bahan padat.
Tabel 1.2 Panas jenis
bahan padat
No.
|
Nama bahan
|
Panas jenis
|
No.
|
Nama bahan
|
Panas jenis
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Emas
Timah
Perak
Kuningan
Tembaga
Besi
|
0,03
0,03
0,06
0,09
0,09
0,10
|
7.
8.
9.
10.
11.
|
Nikel
Gelas
Aluminium
Naphtalin
Es
|
0,11
0,20
0,21
0,31
0,50
|
Pangkal
cair/beku bahan padat
Kalau 1 gram tembaga dipanaskan hingga suhunya naik terus, maka
setelah suhu mencapai 10830C tembaga akan mulai mencair. Suhu 10830C
ini disebut pangkal cair tembaga. Kemudian dipanaskan terus hingga seluruhnya
mencair. Selama pencairan awal sampai
akhir suhu tetap 10830C tidak naik walaupun dipanaskan terus. Bila
telah mencair seluruhnya dan tetap dipanaskan, maka suhu cair tembaga itu akan
naik melebihi pangkal cair. Sebaliknya, jika tembaga yang sedang mencair pada
suhu lebih tinggi dari 10830C itu mulai didinginkan, maka suhu
sedikit demi sedikit akan turun dan setelah mencapai suhu 10830C
tembaga mulai membeku lagi. Jadi suhu 10830C juga merupakan pangkal beku dari tembaga. Berarti pangkal cair = pangkal beku.
Ketentuan
: pangkal cair/beku suatu zat adalah suhu yang pada saat pencairan/pembekuan
zat itu terjadi. Berikut adalah tabel menjelaskan tentang pangkal cair/beku
bahan padat.
Tabel 1.3 Pangkal
cair/beku bahan padat
No.
|
Nama bahan
|
Pangkal cair/beku
|
No.
|
Nama bahan
|
Pangkal cair/beku
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Es
Naphtalin
Bismuth
Timah
Seng
Aluminium
Perak
|
00C.
800C.
2710C.
3270C.
4190C.
6590C.
9610C.
|
8.
9.
10.
11.
12.
13.
|
Emas
Tembaga
Nikel
Besi
Platina
wolfram
|
10630C.
10830C.
14520C.
15300C.
17550C.
34000C.
|
Kalor lebur dan
kalor beku
Ketentuan menyatakan bahwa kalor lebur suatu zat adalah
bilangan yang menunjukkan berapa kalori yang diperlukan untuk mencairkan 1 gram
zat padat itu pada pangkal cair. Sedangkan kalor beku suatu zat adalah bilangan
yang menunjukkan banyaknya kalori yang dikeluarkan oleh 1 gram zat ketika
membeku pada pangkal bekunya.
Contoh 1.1
1.
Sebatang aluminium pada suhu 300C panjangnya 40 cm. Jika dipanaskan
sampai 1000C, dengan koefisien muai panjang aluminium l = 0,000024, berapakah panjang aluminium setelah dipanaskan ?
Jawab
: = 40 {1 + 0,000024 (100 – 30)} = 40,0672
Jadi
panjangnya setelah dipanaskan sampai 1000C menjadi 40,0672 cm .
2.
Sebuah benda pejal dibuat dari kuningan pada suhu 300C volumenya 30
cc. Jika dipanasi sampai 1200C dengan koefisien muai-ruang a = 0,000057. Berapakah volumenya setelah dipanaskan ?
Jawab
: = 30 {1+0,000057(120 –
30)} = 30,1539
Jadi
volume kuningan setelah dipanaskan sampai
1200C menjadi 30,1539 cc.
1.2 Sifat Mekanis
Sifat mekanis adalah perubahan bentuk dari suatu benda padat akibat
adanya gaya-gaya dari luar yang bekerja pada benda tersebut. Jadi adanya
perubahan itu tergantung kepada besar kecilnya gaya, bentuk benda, dan dari
bahan apa benda tersebut dibuat. Jika tidak ada gaya dari luar yang bekerja,
maka ada tiga kemungkinan yang akan terjadi pada suatu benda :
a. Bentuk
benda akan kembali ke bentuk semula, hal ini karena benda mempunyai sifat
kenyal (elastis)
b. Bentuk
benda sebagian saja akan kembali ke bentuk semula, hal ini hanya sebagian
saja yang dapat kembali ke bentuk semula karena besar gaya yang bekerja
melampaui batas kekenyalan sehingga
sifat kekenyalan menjadi berkurang.
c. Bentuk
benda berubah sama sekali, hal ini dapat terjadi karena besar gaya yang
bekerja jauh melampaui batas kekenyalan sehingga sifat kekenyalan sama sekali
hilang.
Tegangan patah.
Tiap bahan yang mengalami pembebanan jika ditambah terus menerus,
mula-mula mengalami perubahan bentuk dan akhirnya akan patah. Tegangan patah
adalah batas tegangan dalam kg/cm2, dimana bahan akan patah apabila
bebannya melampaui batas. Sedangkan yang dimaksud dengan tegangan tarik/tekan
dalam satua kg/cm2 yaitu besarnya gaya yang bekerja (kg) dalam
satuan luas (cm2), dan dapat ditulis dengan persamaan : , dimana st : tegangan (kg/cm2), P : gaya yang bekerja (kg) , dan q
: luas potongan normal (cm2).
Besar batas-proporsional, batas-elastis,
batas-cair dan batas-patah untuk
tiap-tiap bahan dapat diperoleh dengan percobaan. Kecuali besar tegangan yang
diizinkan () dapat pula tergantung kepada macam muatannya, antara lain :
a.
Muatan yang bersifat diam dan
besarnya tetap, disebut muatan statis.
b.
Muatan santak mempunyaim satu
atah, tetapi berubah antara nol dan nilai tertinggi. Untuk muatan ini tegangan
yang diizinkan 2/3 dari tegangan muatan statis.
c.
Muatan berganti-ganti bekerja
dengan arah berganti-ganti. Tegangan yang diizinkan 1/3 dari tegangan yang
diizinkan untuk muatan statis.
Contoh 1.2
Jika pada
muatan statis suatu bahan mempunyai = 1200 kg/cm2, maka pada muatan santaks
diambil = 2/3 x 1200
= 800 kg/cm2. Pada muatan berganti-ganti harus diambil = 1/3 x 1200 = 400 kg/cm2.
Angka keamanan, yaitu perbandingan antara tegangan patah dengan tegangan yang
diizinkan, atau dirumuskan : , dimana v :angka keamanan, sp : tegangan patah dan : tegangan yang diizinkan.
Contoh 1.3
Suatu
bahan mempunyai tegangan patah 4000 kg/cm2, dan untuk tegangan yang diizinkan sebesar 800
kg/cm2. Hitung berapa besar angka keamanannya dari bahan tersebut ?
Jawab :
Angka
keamanan selalu diambil lebih besar dari satu, sehingga makin besar angka
keamanan suatu bangunan maka makin aman bangunan tersebut.
Perubahan Bentuk
karena Beban
Jika suatu
batang mengalami beban tarik/tekan, maka akan memanjang atau memendek. Menurut
percobaan Robert Hooke menyatakan : batang yang panjangnya 1 cm dibawah batas
muatan tertentu, maka pemanjangan atau pemendekannya :
a.
Berbanding lusur dengan gaya tarik/tekan (P)
b.
Berbanding lusur dengan panjang
semula (l)
c.
Berbanding terbalik dengan luas
potongan (q)
d.
Tergantung pada macam bahan
batang tersebut.
Ditulis
dalam bentuk persamaan ( disebut rumus Hooke) sebagai berikut :
dimana Dl : perpanjangan/perpendekan (cm), P : besar beban (kg), l : panjang
batang sebelum dibebani (cm), E : modulus elastis (tergantung macam bahan), q :
luas potongan (cm2).
Tegangan Geser
Tegangan geser biasanya
deiberi tanda t
(baca : tau) dapat ditulis dengan persamaan :
dimana P : besar beban
(kg), q : luas potongan normal (cm2), dan t : tegangan
geser yang diizinkan (kg/cm2).
1.3 Sifat Kimia
Berkarat adalah termasuk sifat kimia dari suatu bahan yang
terbuat dari logam. Hal ini terjadi karena reaksi kimia dari bahan itu sendiri
dengan sekitarnya atau bahan itu sendiri dengan bahan cairan. Biasanya reaksi
kimia dengan bahan cairan itulah yang disebut berkarat atau korosi.
Sedangkan reaksi kimia dengan sekitarnya disebut pemburaman.
BAHAN PENYEKAT
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran :
- Siswa
memahami macam-macam bahan penyekat dan sifat-sifatnya
b. Uraian Materi 2 :
2.1 Maksud dan Tujuan
Bahan penyekat atau sering disebut dengan istilah isolasi
adalah suatu bahan yang digunakan dengan tujuan agar dapat memisahkan
bagian-bagian yang bertegangan atau bagian-bagian yang aktif. Sehingga untuk
bahan penyekat ini perlu diperhatikan mengenai sifat-sifat dari bahan tersebut,
sepeti : sifat listrik, sifat mekanis, sifat termal, ketahanan terhadap bahan
kimia, dan lain-lain.
a.
Sifat Listrik
yaitu suatu bahan yang mempunyai tahanan jenis listrik yang
besar agar dapat mencegah terjadinya rambatan atau kebocoran arus listrik
antara hantaran yang berbeda tegangan atau dengan tanah. Karena pada
kenyataannya sering terjadi kebocoran, maka harus dibatasi sampai
sekecil-kecilnya agar tidak melebihi batas yang ditentukan oleh peraturan yang
berlaku (PUIL : peraturan umum instalasi listrik).
b. Sifat Mekanis
Mengingat sangat luasnya pemakaian bahan penyekat, maka perlu
dipertimbang-kan kekuatannya supaya dapat dibatasi hal-hal penyebab kerusakan
karena akibat salah pemakaian. Misal memerlukan bahan yang tahan terhadap
tarikan, maka dipilih bahan dari kain bukan dari kertas karena lain lebih kuat
daripada kertas.
c. Sifat Termis
Panas yang timbul pada
bahan akibat arus listrik atau arus gaya magnit berpenga-ruh kepada
penyekat termasuk pengaruh panas dari luar sekitarnya. Apabila panas yang terjadi
cukup tinggi, maka diperlukan pemakaian penyekat yang tepat agar panas tersebut
tidak merusak penyekatnya.
d. Sifat Kimia
Akibat panas yang cukup tinggi dapat mengubah susunan
kimianya, begitu pula kelembaban udara atau basah disekitarnya. Apabila kelembaban
dan keadaan basah tidak dapat dihindari, maka harus memilih bahan penyekat yang
tahan air, termasuk juga kemungkinan adanya pengaruh zat-zat yang merusak
seperti : gas, asam, garam, alkali, dan sebagainya.
2.2 Bentuk Penyekat
Bentuk penyekat menyerupai dengan bentuk benda pada umumnya,
yaitu : padat, cair, dan gas sesuai dengan kebutuhannya.
a. Penyekat bentuk padat
Beberapa macam penyekat bentuk padat sesuai dengan asalnya,
diantaranya :
(1)
Bahan tambang, seperti : batua
pualam, asbes, mika, mekanit, mikafolium, mikalek, dan sebagainya.
(2)
Bahan berserat, seperti : benang, kain, (tekstil),
kertas, prespan, kayu, dll.
(3)
Gelas dan keramik
(4)
Plastik
(5)
Karet, bakelit, ebonit, dan
sebagainya.
(6)
Bahan-bahan lain yang dipadatkan.
b. Penyekat bentuk cair
Penyekat dalam bentuk cair ini
yang paling banyak digunakan adalah minyak transformator dan macam-macam minyak
hasil bumi.
c. Penyekat bentuk gas
Penyekat dalam bentuk gas ini dapat dikelompokkan ke dalam :
udara dan gas-gas lain, seperti : Nitrogen, Hidrogen dan Carbondioksida (CO2),
dan lain-lain.
2.3 Pembagian Kelas Bahan Penyekat
Berdasarkan suhu maksimum yang diizinkannya, maka bahan
penyekat listrik dapat dibagi menjadi :
Kelas
|
Maksimum Temperatur ( 0
C )
|
Kelas
|
Maksimum Temperatur ( 0
C )
|
Y
A
E
B
|
90
150
120
130
|
F
H
C
|
155
180
180 ke atas
|
1.
Kelas Y
Yang termasuk dalam kelas ini
adalah bahan berserat organis (seperti kertas, karton, katun, sutera, dan
sebagainya) yang tidak dicelup dalam bahan pernis atau bahan pencelup laiinya.
Termasuk juga bahan termoplastik yang dapat lunak pada suhu rendah.
2.
Kelas A
Yaitu bahan berserat dari kelas Y yang telah dicelup dalam
pernis atau kompon atau yang terendam dalam cairan dielektrikum (seperti
penyekat fiber pada transformator yang terendam minyak). Bahan-bahan ini adalah
katun, sutera, dan kertas yang telah dicelum, termasuk kawat email (enamel)
yang terlapis damar-oleo dan daman polyamide.
3.
Kelas E
Yaitu bahan penyekat kawat enamel
yang memakai bahan pengikat polyvinylformal, polyurethene dan damar epoxy dan
bahan pengikat lain sejenis dengan bahan selulosa, pertinaks dan tekstolit,
film triacetate, film dan serat polyethylene terephthalate.
4.
Kelas B
Yaitu bahan bukan organik (seperti
: mika, gelas, fiber, asbes) yang dicelup atau direkat menjadi satu dengan pernis
atau kompon, dan biasanya tahan panas (dengan dasar minyak pengering, bitumin
sirlak, bakelit, dan sebagainya).
5.
Kelas F
Yaitu bahan bukan organik yang
dicelup atau direkat menjadi satu dengan eposide, polyurethane atau pernis lain
yang tahan panas tinggi.
6.
Kelas H
Yaitu semua bahan komposisi bahan
dasar mika, asbes dan gelas fiber dicelup dalam silikon dan tidak mengandung
sesuatu bahan organis seperti kertas, katun dll.
7.
Kelas C
Yaitu bahan bukan organik yang
tidak dicelup dan tidak terikat dengan zat-zat organik, seperti : mika,
mikanit, yang tahan panas (menggunakan bahan pengikat bukan organik), mikalek,
gelas dan bahan keramik. Hanya satu bahan organis saja yang termasuk kelas C
yaitu polytetrafluoroethylene (teflon).
PENYEKAT BENTUK PADAT
a. Tujuan Pembelajaran :
- Siswa memahami
sifat-sifat penyekat bentuk padat dan mampu menerapkannya
b. Uraian Materi 3 :
3.1 Bahan Tambang
Bahan tambang adalah bahan yang berasal dan terdapat dari
penggalian dalam tanah dalam bentuk bijih (seperti besi, seng, bongkahan batu :
pualam, batu tulis, dll.) yang harus
diproses dahulu untuk mendapatkan bahan yang dikehendaki. Beberapa macam bahan
tambang tersebut antara lain :
a. Batu pualam,
yaitu batu kapur (CaCo3) atau dolomit merupakan bongkahan batu besar
yang dipotong-potong menjadi lempengan tebal dengan ukuran tertentu.
b. Asbes,
yaitu bahan berserat, tidak kuat dan mudah putus, dan sebenarnya kuat baik
digunakan untuk penyekat listrik..
c. Mika.
Mika ini mempunyai sifat-sifat teknis yang baik, sehingga banyak digunakan
sebagai bahan penyekat.
d. Mikanit.
Yaitu Mika yang telah mendapat perubahan bentuk maupun susunan bahannya sesuai
kebutuhan. Tujuan melapis mika dan terkadang dengan tambahan kain, kertas atau
pita adalah untuk memperoleh tebal yang dikehendaki agar dapat mempertinggi
daya sekat listrik, dan untuk menanbah kekuatan mekanis agar tidak retak jika
digulung atau dilipat.
e. Mikafolium.
Yaitu sejenis mikanit dan sebagai bahan menggunakan mika yang ditaburkan di
atas lapisan kertas tipis dengan perekat pernis dan bahan sintetis lain.
Mikafolium mudah dibengkokan dengan cara pemanasan, dan bahan ini digunakan
sebagai penyekat untuk pembungkus kawat atau batang lilitan pada mesin-mesin
listrik tegangan tinggi.
f. Mikalek.
Yaitu dengan menggunakan gelas dan plastik sebagai bahan dasar, bubuk mika
sebagai pengisi dan ditambah perekat pernis kemudian dicetak. Pengepresan
cetakan membutuhkan suhu yang tinggi untuk dapat melunakan gelas, sehingga
bahan ini mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi.
g. Batu tulis.
Yaitu merupakan bahan penyekat dengan bentuk berlapis-lapis dan mudah
dibelah-belah dengan pahat atau martil. Batu tulis ini tidak dapat digosok
halus seperti pualam, mempunyai mekanis kuat sebagai penyekat, tetapi kurang
menarik dan dapat menyerap air. Walaupun lebih tahan terhadap asam dan panas
tetapi bahan ini sudah jarang dipakai.
h. Phlogopite.
Yaitu batu ambar mika yang mengandung kalium, silikat magnesium aluminium yang
berasal dari kanada dan madagaskar. Sedangkan Muscivite adalah mika
putih yang mengandung kalium, silikat aluminium yang merupakan salah satu bahan
penyekat terbaik karena lebih kuat, lebih keras, lebih fleksibel daripada Phlogopite dan juga tahan terhadap asam
dan zat alkali.
3.2 Bahan Berserat
Bahan dasar yang dipergunakan untuk bahan berserat berasal
dari tiga macam, yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang, dan bahan tiruan (sintetis).
Sebenarnya bahan ini kurang baik sebagai bahan penyekat listrik karena sifatnya
sangat menyerap cairan, sedangkan cairan itu dapat merusak penyekat yang
menyebabkan daya sekatnya menurun. Tetapi karena faktor-faktor lain seperti :
bahan berlimpah sehingga murah harganya; daya mekanisnya cukup kuat dan
fleksibel; dan dengan disusun berlapis-lapis dan dicampur dengan zat-zat
tertentu untuk meningkatkan daya sekat, daya mekanis dan daya tahan panas,
sehingga bahan berserat ini banyak dipakai sebagai penyekat listrik.
Beberapa bahan yang termasuk bahan berserat, antara lain :
a. Benang
Benang merupakan hasil pemintalan pertama
dari sebuah kapas yang berserat cukup panjang, setelah biji-bijinya yang
menempel dipisahkan terlebih dahulu. Dari kumpulan benang ini dapat dibuat
tali, pita, dan kain tenun, yang selanjutnya disebut dengan tekstil. Dalam
bidang kelistrikan banyak digunakan sebagai penyekat kawat.
Pemakaian
benang banyak dipakai untuk penyekat kawat halus yang digunakan dalam pembuatan
pesawat-pesawat cermat seperti pengukuran listrik. Sekarang banyak digunakan
benang sintetis dari bahan plastik, gelas, dan sebagainya karena lebih kuat dan
tahan panas.
b. Tekstil
Dengan
menenun benang menjadi tekstil (pita dan
kain dengan berbagai macam corak, ukuran dan kualitas) maksudnya adalah
untuk memperoleh penyekat yang lebih baik, yaitu pertama lebih kuat, dan kedua
dalam beberapa hal mempermudah teknis pelaksanaan (membalut lilitan penyekat
kawat). Selain tekstil dari kapas, ada juga dari serat yumbuh-yumbuhan yang
dikenal dengan nama lena (linnen). Bahan ini lebih kuat daripada kertas. Pada
tekstil ini ada yang terbuat dari bahan
tiruan (sintetis), dimana bahan ini digunakan dalam bidang kelistrikan
sebagai penyekat kawat-kawat lilitan mesin listrik, pengikat, dan sebagainya.
Karena sifat tekstil ini dapat menyerap cairan, maka untuk memperbaiki daya
sekatnya dilapisi atau dicelup ke dalam cairan lak penyekat.
c. Kertas
Bahan
dasar kertas adalah selulosa, dimana bahan ini adalah zat sel tumbuh-tumbuhan
yang terdapat antara kulit dan batangnya. Selulosa ini berserat, fleksibel,
lunak dan menyerap air, sedangkan bahan pembuat kertasnyadiambil dari kayu,
merang, rami, majun (sisa bahan tekstil), dan lain-lain.
Kertas
yang terlalu kering atau lembab, kekuatan penyekatnya berkurang karena kertas
sangat menyerap cairan, sehingga untuk mengatasinya kertas dilapisi lak
penyekat. Penggunaan kertas untuk penyekat selain sebagai pembalut lilitan
kawat dan kumparan, juga untuk penyekat kabel dan kondensator kertas. Untuk
memenuhi tebal yang diharapkan kertas dibuat berlapis-lapis.
d. Prespan
Prespan
juga sebetulnya kertas, karena bahan dasarnya sama hanya berbeda sifat-sifatnya
saja. Dibandingkan dengan kertas, prespan lebih padat sehingga kurang menyerap
air. Padat karena pembuatannya ditekan dengan tegangan tinggi sehingga lebih
keras dan lebih kuat, tetapi dapat dibengkokan dengan tidak retak-retak
sehingga baik sekali untuk penyekat alur stator atau rotor mesin listrik, juga
pada transformator sebagai penyekat lilitan dan kawatnya.
Prespan
ini di pasaran berbentuk lembaran atau gulungan dengan ukuran tebal antara 0,1
sampai 5 mm, warnanya kekuning-kuningan, coklat muda atau abu. Karena daya
menyerap air masih ada, maka dalam pelaksanaannya selalu masih perlu dilapisi
lak penyekat.
e. Kayu
Pada
tahun-tahun yang silam, kayu banyak digunakan sebagai penyekat misalnya untuk
tiang listrik, karena terdapat dimana-mana dan harganya murah. Sekarang kayu
banyak terdesak oleh besi, beton, dan bahan sintetis. Kelebihan kayu adalah
kekuatan mekanisnya cukup tinggi tergantung dari macam dan kerasnya kayu,
tetapi kelemahan-nya adalah menyerap air, dapat rusak karena hama dan penyakit
serangga sehingga mudah rapuh. Supaya daya tahan lama, maka kayu harus
diawetkan lebih dahulu.
f. Fiber Pulkanisir
Proses
pembuatan bahan ini sebelum digulung pada silinder baja, kertas dilewatkan
melalui larutan chlorida seng (ZnCl2) yang panas. Tiap lapisan
direkatkan dengan perekat sampai mencapai tebal lapisan yang dikehendaki pada
gulungan tersebut. Pembersihan kembali zat chlorida seng dilakukan dengan air
bersih, kemudian di pres menjadi lembaran, papan, atau dibuat pipa dengan tebal
antara 0,5 sampai 25 mm. Bahan ini kuat sekali, tetapi menyerap air sehingga
sebelumnya dilapis dahulu dengan parapin, minyak transformator atau zat lain
serupa.
g. Kain Pernis
Bahan
kain yang telah dipernis sering disebut dengan cambric. Kelebihan bahan ini adalah fleksibel, kekuatan mekanisnya
tinggi sedangkan lapisan pernisnya merupakan penyekat listrik yang baik.
Sehingga daya penyekat semacam ini sangat luas digunakan pada pekerjaan mesin
listrik, peralatan, serta kabel listrik selain dijadikan pita dan pembalut.
Macam penyekat ini dapat digunakan untuk suhu sekitar 1000C, dengan
bahan sintetis seperti polyester dan polyamid.
Kain
pernisan dijual dalam gulungan dengan lebar kira-kira 1 yard dan panjang antara
45 yard sampai 90 yard.
h. Pita Penyekat
Bahan
ini banyak digunakan dalam bidang instalasi listrik, yang merupakan pita
penyekat dengan campuran karet dalam gulungan kecil antara 1 dan 5 cm lebar dan
garis tengah luar kira-kira 15 cm. Tebal pita kira-kira 0,25 mm. Sekarang
banyak pita perekat terbuat dari bahan sintetis kuat dan tidak menyerap air,
tetapi tidak untuk suhu yang tinggi.
3.3
Gelas dan Keramik
a. Gelas
Gelar merupakan penyekat yang baik untuk
arus listrik, tetapi kekuatan mekanisnya kecil dan sangat rapuh tidak seperti
bahan keramik. Pemakaian dalam teknik listrik antara lain untuk pembuatan bola
lampu pijar, termometer-kontak (untuk mengontrol suhu tertentu suatu tenpat
seperti tempat penetasan telur), dan lain-lain. Untuk hiasan penerangan listrik
banyak dipakai ornamen kaca yang dibuat dari kaca susu, kaca kabur (matglas)
dan kaca opal, yang dalam perdagangan terdapat bermacam-macam bahan gelas
seperti gelas kristal, gelas kali, gelas
natron, dan gelas flint.
Bahan baku pembuatan gelas adalah kuarsa
dan kapur yang dicairkan bersama-sama dengan bahan lainnya. Paduan kuarsa
dengan oksida timbel menghasilkan gelas kristal, bahan baku ditambah dengan
potas menghasilkan gelas kali, dan penambahan soda menghasilkan gelas natron.
Pengerjaan bahan baku di atas biasanya dipanaskan sampai + 20000C,
sehingga menjadi encer dan baru dikerjakan.
b. Keramik
Keramik didapat dari bahan galian dengan
melalui proses pemanasan, kemudian dijadikan barang keramik, seperti cangkir
teko, dalam teknik listrik digunakan untuk penyekat loceng dan mantal. Keramik
yang digunakan untuk keperluan teknik listrik harus mempunyai daya sekat yang
besar dan dapat menahan gaya mekanis yang besar seperti porselin dan steatit.
Bahan penyekat dari porselin seperti : penyekat lonceng, penyekat mantel,
penyekat cincin, penyekat tegangan tinggi, sekering pipa porselin, dan
lain-lain. Sedangkan bahan penyekat terbuat dari steatit, antara lain :
sakelar, kontak tusuk, manik-manik penyekat kawat penghubung yang dapat
melentur (fleksibel) dan letaknya berdekatan dengan alat pemanas listrik, untuk
pembuatan bumbung penerus (tube), pena-kontak-baut, badan alat-alat pemanas
seperti kompor listrik, seterika, dan lain-lain.
3.4
Plastik
Plastik merupakan paduan dari dua bahan yaitu bahan perekat
(seperti damar atau resin) dan bitumin dengan bahan pengisi serbuk batu, serbuk
kayu dan katun. Menurut paduannya, ada bermacam-macam bahan plastik,
diantaranya bakelit.
Ada
dua jenis plastik yang perlu kita ketahui, yaitu :
a. Thermoplastik. Bahan ini
pada suhu 600C sudah menjadi lunak, dan pemanasan sampai mencair
tidak merubah struktur kimiawi
b. Thermosetting plastik.
Bahan ini setelah mengalami proses pencairan dan cicetak menjadi barang akan
mengalami perubahan struktur kimiawi, hingga tidak dapat lunak lagi walaupun
dipanaskan.
Beberapa
bahan pengisi paduan dalam pembuatan plastik selain yang telah disebutkan di
atas, antara lain : mika, alpha selulosa, kain kapas, kertas, asbes, grafit,
karbon, dan kanvas.
3.5
Karet, Ebonit dan Bakelit
a. Karet
Karet merupakan bahan penting untuk
penyekat dalam teknik listrik yang terbuat dari getah bermacam-macam pohon
karet, salah satu diantaranya : Hevea Braziliensis yang menghasilkan karet
terbanyak dengan kualitas tinggi.
Proses
penyampuran karet kasar dengan belerang dan bahan tambahan lainnya dibeut vulkanisasi. Untuk mendapatkan
vulkanisasi yang baik dengan cara pemanasan uap, karena tekanan uap dpat
mencegah terjadinya pori dalam masa yang divulkanisir, sedang pemanasannya
dapat berjalan teratur. Bahan perekat untuk kulit, karet dan sebagainya dapat dibuat
dari karet kasar dicampur dengan bensin atau bensol. Karet kasar juga merupakan
bahan untuk pembuatan pita penyekat (dibuat dari bahan katun, dicelupkan dalam
larutan karet kasar untuk memberi gaya perekat pada pita tersebut. Pita
penyekat ini dapat dipakai untuk menyekat tempat sambungan kawat, ujung kabel
nadi dan batu mahkota, serta dalam industri mobil. Dalam teknik listrik karet
sebagai penyekat hantaran listrik, sepatu kabel, perkakas pemasangan instakasi
kistrik, dll.
b. Ebonit
Bahan
dasar ebonit adalah karet dan untuk mendapatkan kekerasan dicampur dengan
belerang dan bahan tambahan lainnya sekitar 30 sampai 50 % dengan melalui
proses vulkanisasi yang lama. Dalam perdagangan ebonit berbentuk lempeng,
batang atau pipa dengan bermacam-macam ukuran.
c. Bakelit
Bakelit
adalah bahan paduan secara kimia bermacam-macam zat yang pertama dibuat oleh
perusahaan Bakelit Co., yang kemudian dibuat oleh perusahaan lain dengan nama
sendiri-sendiri, seperti perusahaan Philips
dari Belanda dengan nama philite, perusaha-an Hasemeir dengan nama
hajalite yang dikenal dengan nama bakelit.
3.6
Bahan Dipadatkan
Bahan penyekat yang dipadatkan mula-mula cair kemudian
dijadikan padat. Bahan ini banyak dipakai sebagai pelapis, pengisi, pemadatan
(inpregnasi) dan perekat bahan penyekat padat. Beberapa bahan yang dipadatkan
antara lain : lilin dengan parafin; damar (gondorukem, arpus); bitumin;
bahan-bahan pelarut seperti : kerosin (minyak tanah), gasolin, spiritus putih,
bensin, methanol (methyl alkohol), ethanol (ethyl alkohol), aceton, minyak
terpentin, dll.; minyak pengering (minyak biji lena dan minyak Tung); pernis
(pernis minyak, pernis hitam, lak selulosa, pernis bakelit, pernis sirlak,
pernis gliptal); dan kompon (kompon bitumin, kompon kuarsa, dan kompon kabel).
3.7
Bahan Isolasi PVC
Polivinilklorida atau PVC adalah hasil polimerisasi dari
vinilklorida H2C = CHCl. Pada proses polimerisasi, ikatan ganda yang
melekat pada molekul vinilklorida diubah menjadi ikatan tunggal. Ikatan yang
bebas kemudian mengikat molekul-molekul vinilklorida lain sehingga timbul
molekul-molekul makro panjang, yaitu PVC :
H Cl H Cl H Cl H Cl
…. – C
– C – C –
C – C
– C –
C – C –
…
H H H H H H H H
Pada suhu kamar PVC ini keras dan rapuh,
dan supaya dapat digunakan sebagai bahan isolasi kabel, PVC harus dicampur
dengan bahan pelunak (plasticiser). Bahan lunak yang dicampur umumnya sebanyak
20 % hingga 40 % kadang-kadang bahkan lebih, dan hasil campuran ini disebut
kompon PVC. Untuk membedakan PVC yang belum dicampur dinamakan damar PVC (PVC
resin). Kompon PVC kabel ini harus digunakan bahan pelunak dengan sifat-sifat
listrik yang baik, tidak boleh menguap, dan tidak boleh menjalarkan nyala api.
Damar PVC sendiri walaupun dapat dibakar, tetapi akan padam sendiri apabila
sumber apinya disingkirkan.
Berat jenis damar PVC sekitar
1,4 tergantung jenis dan
banyaknya bahan yang dicampurkan, sedangkan berat jenis kompon PVC berkisar
antara 1,25 – 1,55. Damar PVC memiliki ketahanan cukup baik terhadap sejumlah
besar bahan kimia lain, dan dengan menggunakan bahan pelunak yang tepat dapat
diciptakan kompon PVC yang tahan terhadap bahan kimia tertentu.
Salah satu kelemahan kompon PVC akibat digunakan bahan
pelunak adalah ketahanan terhadap tekanan, yaitu kalau ditekan cukup lama dan
cukup kuat kompon PVC tidak dapat pulih dan makin tinggi suhunya makin kurang
ketahanan terhadap tekanan tersebut. Umumnya kompon PVC hanya dapat digunakan
sampai suhu 700 C terus menerus. Tetapi dengan menggunakan bahan pelunak
khusus dapat dibuah sampai suhu lebih tinggi sampai 1050C.
3.8
Polietilen atau PE
Polietilen atau PE adalah hasil polimerisasi dari etilen H2C
= CH2, dengan sifat-sifat listrik lebih baik dari pada yang dimiliki
PVC. Hanya PE lebih mudah terbakar. Kalau PE dibakar, nyala apinya akan tetap
menjalan, juga setelah sumber apinya disingkirkan. Karena itu PE hampir tidak
digunakan untuk kabel-kabel arus kuat, kecuali XLPE (crosslinked polyethylene).
Karena
sifat PE yang baik pada frekuensi
tinggi, maka banyak digunakan untuk kabel-kabel telekomunikasi. Kelebihan PE
dibanding PVC adalah tidak lebih mudah menyerap air, dan kalau digunakan di
tempat yang lembab atau basah, tahanan isolasi PVC akan lebih menurun
dibandingkan dengan PE.
PENYEKAT BENTUK CAIR
a. Tujuan
Pembelajaran :
- Siswa memahami sifat-sifat
penyekat bentuk cair dan mampu menerapkannya
b. Uraian
Materi 4 :
4.1 Cairan
Cairan atau bahan bentuk cair adalah benda yang pada suhu
biasa berbentuk cair dan umumnya tidak dalam keadaan murni tetapi merupakan persenyawaan
macam-macam unsur.
a. Air
Macam-macam
air di alam, antara : air hujan, air sumur, air tambang atau mineral, dan air
laut. Semua air tersebut bukan bahan penyekat, tetapi sebaliknya akan
membahayakan penyekat karena sifatnya yang merusak seperti terjadi karat karena
beroksidasi dengan air tersebut.
Air
suling atau air murni dapat disebut sebagai bahan penyekat walaupun masih dapat
mengalirkan arus listrik dalam jumlah yang sangat kecil. Karena air dalam
susunan kimianya mengandung zat asam
yang mudah bergabung dengan logam, maka air tidak dipakai sebagai
penyekat listrik secara langsung. Kalau ada air yang digunakan dalam
peralatan/mesin listrik, fungsinya hanya sebagai pendingin dan tidak langsung
berhubungan dengan hantaran atau bagian yang bertegangan listrik.
b. Minyak Transformator
Minyak
transformator adalah hasil pemurnian minyak bumi yang diperlukan untuk
pendingin. Karena transformator, tahanan pengasut, penghubung tenaga, atau yang
bekerja dengan tegangan tinggi sangat membutuhkan pendinginan. Tanpa
pendinginan yang baik akan merusak penyekat inti, lilitan dan bagian lain yang
perlu. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai minyak transformator,
antara lain :
<
Minyak harus cair dan jernih, tidak
berwrna (transparan)
<
Bebas dari komponen air, asam,
alkali, aspal, ter, dan sebagainya
<
Campuran abu (arang) pada minyak
baru tidak lebih dari 0,005 %
<
Minyak baru tidak boleh mengandung
asam 0,05 mg KOH/g
<
Minyak yang pernah dipakai
mengandung asam 0,4 mg KOH/g.
<
Pengantar panas + 0,0015 W/cm pada
suhu + 200C, atau pengantar pana tidak lebih dari 0,02 W/cm pada
suhu + 800C.
Mengingat
persyaratan di atas sangat berat, maka perlu tindakan pencegahan untuk
mempertahankan kondisi yang diinginkan, antara lain :
<
Pengawasan dalam pengiriman atau
transport
<
Tempat penyimpanan, baik wadah
maupun gudang
<
Pengontrolan selama dipakai
<
Segera dibersihkan jika mulai kotor
<
Tempat dan cara pembersihan yang
baik
<
Minyak harus selalu tertutup rapat
<
Menambah atau mengganti minyak
harus elalui disaring dengan sempurna
<
Saringan harus baik, jangan ada
bagian-bagian kecil dari saringan terbawa dalam minyak, misalnya potongan kecil
filter, serat-serat dan kotoran lainnya.
c. Minyak Kabel
Minyak
kabel merupakan salah satu pemurnian minyak bumi yang dibuat pekat dengan cara dicampur
dengan damar. Minyak kabel digunakan untuk memadatkan penyekat kertas pada
kabel tenaga, kabel tanah, dan terutama kabel tanaga tegangan tinggi. Selain
untuk menguatkan daya sekat dan mekanisnya penyekat kertas, juga untuk menjaga
atau menahan air supaya tidak dapat meresap dan sekaligus sebagai dielektrikum. Minyak yang digunakan
sebagai dielektrikum pada kondensaor kertas keadaannya lebih padat, dan pada
suhu 35 – 500C, keadaannya padat sekali.
c. Rangkuman 1 :
Suatu benda yang akan digunakan untuk keperluan bahan-bahan
listrik baik baik sepeti untuk bahan konduktor, bahan isolator, maupun
dijadikan sebagai bahan semi konduktor, harus diuji terlebih dahulu mengenai
sifat-sifat dan karakteristiknya agar sesuai dengan keperluan bahan listrik
yang akan digunakan. Beberapa sifat bahan listrik tersebut di antaranya adalah
sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat kimia.
Dalam menentukan bahan yang akan dijadikan sebagai penyekat
bahan listrik, maka seperti sifat fisis, sifat mekanis, sifat termis dan sifat
kimia sangat penting untuk dilakukan suatu pengujian. Adapun macam-macam bentuk
penyekat yang umum digunakan dalam ketenagalistrikan yaitu berbentuk padat,
caira, dan gas. Disamping itu penyekat juga dapat dikelompokkan berdasarkan
kelas suhu maksimum yang diizinkannya yaitu kelas Y, kelas A, kelas E, kelas B,
kelas F, kelas H dan kelas C.
Pada penyekat bentuk padat bahan listrik ini dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya yaitu : bahan tambang, bahan berserat, gelas dan
keramik, plastik, karet, ebonit dan bakelit,
dan bahan-bahan lain yang dipadatkan. Bahan penyekat yang berbentuk
cairan yang banyak digunakan pada teknik listrik adalah air, minyak
transformator, dan minyak kabel. Sedangkan beberapa macam bahan penyekat dari
bentuk gas yang sering digunakan untuk keperluan teknik listrik diantaranya :
udara, nitrogen, hidrogen, dan karbondioksida.
d. Tugas 1 :
1.
Buatlah suatu percobaan untuk
membuktikan adanya penambahan panjang suatu batang aluminium dengan panjang 50
cm pada suhu 30OC. Dipanaskan sampai suhu 100OC.
Koefisien muai panjang aluminium l = 0,000024. Hitung panjang aluminium setelah
dipanaskan ?
2.
Buatlah suatu percobaan dengan 300
gram es yang sedang menjadi cair dicampur dengan 1 liter air pada suhu 100OC.
Hitunglah suhu terakhir saat es itu semua menjadi air ?
3.
Buatlah pengamatan terhadap minyak
transformator, dan amatilah minyak tersebut apakah masih memenuhi persyaratan
sebagai penyekat ? berikan alasan saudara !
e. Tes Formatif 1 :
1.
Apakah koefisien muai-ruang itu ?
2.
Terangkan secara singkat apa arti
kalor lebur dan kalor beku suatu zat ?
3.
Hitung berapa kilogram air yang
dapat dinaikkan 2OC dengan 10 kilogram kalori ?
4.
Suatu benda pejal dibuat dari
kuningan pada suhu 30OC volumenya 30 cc. Berapakah volumenya, jika
benda tersebut kita panasi sampai 120OC. Koefisien muai-ruang
kuningan a
= 0,000057 ?
5.
Dua buah benda, benda A bidbuat
dari besi beratnya 2 kg, panas jenis besi (PJ) = 0,1 suhunya 400OC.
Benda B dibuat dari tembaga, beratnya 3 kg, panas jenis tembaga P J = 0,09 dan
suhunya 900OC. Kedua benda tersebut dirapatkan satu sama lain hingga
rapat benar. Berapa lama kemudian suhu kedua benda tersebut menjadi sama ? dan
berapakah suhu akhir kedua benda tersebut ?
6.
Bahan-bahan apakah yang termasuk
dalam kelas Y ? <.div>
BAHAN PENYEKAT GAS
BAHAN PENGHANTAR
Contoh 6.1
Contoh 6.1
Gambar 6.3 Penarikan batang tembaga menjadi kawat
Gambar 6.4 Pemberian isolasi untuk kawat
BAHAN MAGNETIK
Istilah bahan magnetik yang umum digunakan adalah bahan
ferromagnetik, yang dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu :
Perubahan panjang (Dl) searah
induksi magnetisasi disebut efek joule.
Magnetostriksi joule (t) adalah perbandingan antara perubahan panjang (Dl)
dengan panjang semula (l), yang harganya tidak lebih dari 30. 10–6.
Magnetostriksi beberapa bahan dapat dijelaskan pada gambar 7.4.
BAHAN
SEMIKONDUKTOR
DAN
SUPERKONDUKTOR
KUNCI JAWABAN
Dieter
Kind, 1993, Pengantar
Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi,
ITB, Bandung.
Johny BR,
1992,
Keterampilan Teknik Listrik Praktis, Yrama Widya Dharma,
Bandung
7.
Bahan termoplastik yang dapat
menjadi lunak pada suhu rendah digolongkan dalam kelas apa ?
8.
Katun, sutera dan kerta yang telah
dicelup dalam pernis atau kompon termasuk dalam kelas apa ?
9.
Sebutkan bahan-bahan dasar yang
digunakan untuk bahan isolasi berserat dan berikan contohnya ?
10. Sebutkan
bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyekat dipadatkan ?
f.
Kunci Jawaban Formatif 1 :
1.
Koefisien muai-ruang : bilangan
yang menunjukkan pertambahan ruang dalam cm3 suatu benda yang isinya
1 cm3, bila suhunya dinaikkan 1OC.
2.
Kalor lebur zat : bilangan yang
menunjukkan berapa kalori yang diperlukan untuk mencairkan 1 gr zat padat pada
pangkal cair. Sedangkan kalor beku : bilangan yang menunjukkan banyaknya kalori
yang dikeluarkan oleh 1 gr zat ketika membeku pada pangkal bekunya.
3.
2 kilogram
4.
30,1539 cc
5.
687OC.
6.
Kelas Y : bahan berserat organis
yang tidak dicelup dalam bahan pernis atau bahan pencelup lainnya. Contohnya :
kertas, karton, katun, dan sutera.
7.
Kelas Y
8.
Kelas A
9.
Bahan dasar : tumbuh-tumbuhan,
binatang dan bahan tiruan (sintetis). Contohnya : benang, tekstil, kertas,
prespan, kayu, fiber pulkanisir, kain oernis, pita penyekat.
10. Diantaranya
: lilin dengan parafin, damar, bitumin, dan lain-lain.
g. Lembar Kerja 1 :
1.
Alat
: obeng, tang, cutter, isolasi, termometer, meteran, alat tulis menulis, kabel,
dan lain-lain
2.
Bahan
: aluminium, korek api, lilin, es, air, tempat es, tempat
air, minyak transformator, alat pendeteksi temperatur (sensor suhu), dan lain-lain
3.
Keselamatan
kerja : jas lab, sarung tangan, senter, kerjakan sesuai
instruction manual, patuhi prosedur kerja yang telah ditentukan, patuhi
peraturan yang tercantum di lab atau tempat praktik.
4.
Langkah
kerja : tentukan peralatan-peralatan dan komponen-komponen
yang akan dibutuhkan, buat rancangan diagram pengawatan yang akan dilakukan,
pasang peralatan pengukur yang akan digunakan sesuai dengan diagram rencana,
rangkai peralatan yang telah dipasang, periksa dan uji rangkaian atau peralatan
yang telah dipasang, perbaiki apabila masih terdapat kesalahan atau komponen
yang belum berfungsi dengan benar, uji sesuai dengan prosedur dan instruction
manual yang berlaku, buat berita acara laporan pengujian atau percobaan
5.
Laporan
: Jawab pertanyaan-pertanyaan dan laporkan hasil pengujian
sesuai dengan tugas yang diberikan
BAHAN PENYEKAT GAS
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran :
-
Siswa memahami bahan penyekat bentuk gas dan mampu
menerapkannya
b.
Uraian Materi 5 :
5.1 Macam-Macam Gas
Gas merupakan benda teringan dan tidak mempunyai bentuk dan
volume yang tetap. Beberapa macam bahan gas yang dpat dijadikan sebagai
penyekat, antara lain :
a. Udara
Susunan
udara di bumi hampir 80 % terdiri dari Nitrogen (N2) dan kira-kira
20 % adalah Oksigen (O2), yang lain-lain macam gas dan uap hanya 1 %
saja yaitu Argon, Helium, Neon, Kripton, Xenon, dan Carbondioksida (CO2).
Dalam
peralatana dan mesin listrik disengaja atau tidak udara merupakan sebagian dari
penyekat lain yang telah ditentukan, seperti antara kawat-kawat jaringan
listrik, udara dipakai sebahai penyekat. Pada tegangan yang tidak terlalu
tinggi udara adalah penyekat yang baik, karena kebocoran melalui udara adalah
kecil sekali. Tetapi bila tegangan antara dua penghantar atau elektroda menjadi
terlalu tinggi, maka akan ada arus yang meloncat melalui udara yang disebut
tegangan tembus. Bila jarak antara dua penghantar tidak begitu besar,
keteguhan-listrik udara kurang lebih 3 sampai 5 kV/mm, tetapi keteguhan ini
akan menurun bila jarak antara kedua elektroda itu semakin besar. Artinya besar
tegangan tembus (breakdown voltage) dari udara tidak sebanding dengan jarak
antara kedua elektroda tersebut. Untuk keamanan maka harus menggunakan penyekat
padat. Tekanan udara juga berpengaruh terhadap keteguhan-listrik dari udara/ gas,
dimana keteguhan akan naik apabila tekanan udara/gas naik, dan sebaliknya akan
turun apabila tekanan udara/gar menurun.
Udara
banyak digunakan sebagai pendingin mesin, generator, dan transformator dengan
vetilator atau pompa.
b. Nitrogen
Jenis
gas ini tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, begitu pula tidak dapat
terbakar, tidak memelihara pembakaran, sangat larut sedikit dalam air dan sukar
berse-nyawa dengan unsur lain. Gar ini dihasilkan dengan cara penyulingan
bertingkat udara cair yaitu dengan pendinginan dan pemampatan udara dapat
menjadi cair. Penyulingan dilakukan untuk menguapkan gas nitrogen pada titik
didih – 1960C, sehingga tinggal oksigen cair, warnanya biru muda.
Nitrogen
merupakan penyekat juga, karena 80 % terdiri dari nitrogen, dan digunakan
sebagai pengontrol saluran kabel pengisi/distribusi untuk mengetahui masih
baik/ tidaknya penyekat kabel yang dipakai. Pada kabel tanah sering terjadi
kerusakan penyekat akibat adanya karat, kerusakan mekanis atau kerusakan
lapisan timah hitam karena tergores atau retak, sebagai akibat tanah longsor,
gempa bumi dan sebab lain. Pada kabel dengan penyekat (kertas, kain pernisan,
karet, dan sebagainya) yang masip tidak dapat segera diketahui jika terjadi
keretakan/kerusakan penyekatnya. Maka sekarang kabel tidak dibuat masip tetapi
bagian tengahnya berlubang yang merupakan saluran. Saluran ini diisi gas
nitrogen dengan tekanan 1 – 1,5 kg/cm2. Apabila terjadi
keretakan/kerusakan kabel maka terjadilah kebocoran nitrogen pada tempat
keretakan tersebut, sehingga tekanan nitrogen pada kabel menurun. Dengan
demikian dapat segera diketahui terjadinya kerusakan kabel. Untuk tekanan
sedang digunakan sekitar 2,5 – 3 kg/cm2. Dengan digunakan sistem ini
ternyata bahan penyekat padat yang dipakai dapat lebih hemat daripada yang
masip. Ada juga kemungkinan dinaikkannya tekanan gas menjadi + 15 kg/cm2,
tetapi masih jarang dipakai.
c. Hidrogen
Hidrogen
bebas hanya terdapat sedikit dalam lapisan udara. Gas gunung berapi juga
mengandung hidrogen tetapi bercampur dengan zat lain. Sebagai persenyawaan
dalam jumlah besar misalnya pada air, hidrokarbon, dsb., hidrogen
diperdagangkan dalam botol-botol baja dengan tekanan 150 atmosfir (atm). Sifat
hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, merupakan gas teringan,
dimana pada 00C dan 76 cg Hg, satu liter Hidrogen beratnya 0,09
gram. Dalam bentuk cair mudah terbakar tetapi tidak memelihara pembakaran.
Hidrogen mudah bergabung dengan oksigen dan chlor dan merupakan pereduksi yang
kuat. Gas hidrogen ini dibuat dengan cara : elektrolisa air, dan dengan cara
mendinginkan gas air (CO + H2) sampai – 1910C, dimana gas
CO mengembun tinggal H2 saja.
Keuntungan
penggunaan gas hidrogen dibandingkan dengan udara pada sistem pendingin
turbogenerator dan kondensor sinkron, antara lain :
<
Kerugian ventilasi berkurang 8
sampai 10 kali, dan efisiensi mesin mencapai 0,7 sampai 1 prosen lebih tinggi,
dan kepekaan hidrogen lebih rendah 8 – 10 kali dari udara
<
Rata-rata pemindahan panas oleh
hidrogen pada bagian-bagian panas 1,35 kali lebih banyak dan daya hantar panas
hidrogen 6,7 kali lebih besar, sehingga dapat mengurangi 20 % keaktifan bahan
(baja dan tembaga)
<
Daya tahan penyekat meningkat
dengan tidak adanya oksidasi. Debu dan lembab sangat berkurang sehingga
mengurangi jumlah periode pemeliharaan dan perbaikan
<
Karena tidak ada bahaya kebakaran
jika terjadi kerusakan pada penyekat lilin, maka tidak dibutuhkan pengaman
kebakaran.
<
Kebisingan suara berkurang sekali
<
Pendingin yang dibutuhkan relatif
lebih rendah
d. Carbon Dioksida
setiap
pembakaran carbon dengan oksigen yang berlebihan akan menghasilkan
carbondioksida. Gas ini tidak berwarna, menyebabkan rasa segar pada air, tidak
terbakar bahkan dapat memadamkan nyala api dan larut dalam air. Dalam teknik
listrik gas karbondioksida juga digunakan dalam turbogenerator. Jika suatu
mesin dengan pendingin hidrogen akan diganti dengan pendingin udara atau
sebaliknya, sedang mesin tetap jalan, maka gas hidrogen yang diganti harus
terbuang keluar dahulu. Begitu pula jika udara akan diganti gas hidrogen, udara
harus bersih terbuang dahulu. Sebab percampuran antara hidrogen dengan udara
mengakibatkan lddakan, dimana jika terjadi dalam suatu mesin sangat berbahaya.
BAHAN PENGHANTAR
a. Tujuan Kegiatan
Pembelajaran :
- Siswa
memahami bahan-bahan penghantar dan mampu menerapkannya
b. Uraian Materi 6 :
6.1 Sifat Dasar Penghantar
beberapa sifat penting yang dimiliki penghantar ialah :
tahanan jenis listrik, koefisien suhu tahanan, daya hantar panas, kekuatan
tegangan tarik, dan timbulnya daya elektro-motoris termo.
a. Daya Hantar Listrik
Arus listrik yang mengalir dalam penghantar selalui mengalami
tahanan dari penghantar itu sendiri. Besarnya tahanan tergantung bahannya, dan
besarnya tahanan tiap meter dengan
penampang 1 mm2 pada suhu 200C dinamakan tahanan jenis yang dihitung dengan
persamaan :
atau
dimana
R : besar tahanan salam satuan ohm, l : panjang kawat dalam satuan meter, q :
penampang kawat dalam satuan mm2, dan r (rho) :
tahanan jenis dalam satuan
Daya
hantar jenis adalah kebalikan dari tahanan jenis, dirumuskan :
satuan
g
: gamma, dan S : Siemens
Contoh 6.1
Besar
tahanan tembaga dengan panjang satu meter, penampang 1 mm2 suhu 200C
ternyata 0,0175 Ohm, maka besar tahanan jenis tembaga sama dengan 0,0175 Ohm.
mm2/m. Untuk penetapan tahanan jenis bagi at cair diambil panjang
satu cm dan penampang satu cm2, sehingga satuannya menjadi : = Ohm. cm, sedangkan daya hantarnya menjadi :
b. Koefisien Suhu Tahanan
Suatu bahan akan mengalami perubahan isi apabila terjadi
perubahan suhu, memuai jika suhu naik dan menyusut jika suhu dingin, tentunya
akan mempengaruhi besar nilai tahanannya, yang dapat dihitung dengan persamaan
:
R = R0 { 1 + a (t – t0)
}
dengan Ro : besar tahanan awal (ohm), R : besar
tahanan akhir (ohm), to : suhu awal (0C), t : suhu akhir (0C),
dan a
: koefiien suhu tahanan. Nilai tahanan jenis, berat jenis dan titik cair dari
bermacam-macam bahan dapat dilihat pada tabel 6.1.
Tabel
6.1 Nilai Tahanan Jenis, Berat Jenis, dan Titik Cair Bahan
Nama Bahan
|
Tahanan Jenis
|
Berat Jenis
|
Titik Cair
|
Perak
Tembaga
Cobalt
Emas
Aluminium
Molibdin
Wolfram
Seng
Kuningan
Nikel
Platina
Nikeline
Timah putih
Baja
Vanadium
Bismuth
Mangan
Timbel
Duraluminium
Manganin
Konstanta
Air raksa
|
0,016
0,0175
0,022
0,022
0,03
0,05
0,05
0,06
0,07
0,079
0,1
0,12
0,12
0,13
0,13
0,2
0,21
0,22
0,48
0,48
0,5
0,958
|
10,5
8,9
8,42
19,3
2,56
10,2
19,1
7,1
8,7
8,9
21,5
7,3
7,8
5,5
9,85
7,4
11,35
2,8
8,9
13,56
|
960
1083
1480
1063
660
2620
3400
420
1000
1455
1774
232
1535
1720
271
1260
330
– 38,9
|
Bahan penghantar yang paling banyak
dipakai adalah tembaga, karena tembaga merupakan bahan penghantar yang paling
baik setelah perak dan harganyapun murah karena banyak terdapat. Akhir-akhir
ini banyak digunakan Aluminium dan Baja sebagai penghantar walaupun tahanan
jenisnya agak besar, hal ini dengan pertimbangan sangat berlimpah dan harganya
menjadi lebih murah.
c. Daya Hantar Panas
Daya hantar panas ini menunjukkan jumlah panas yang melalui
lapisan bahan tiap satuan waktu dalam satuan kkal/m.jam, derajat. Pada umumnya
logam mempunyai daya hantar panas yang tinggi sedangkan pada bahan-bahan bukan logam
rendah.
d. Kekuatan Tegangan Tarik
sifat mekanis ini penting untuk hantaran di atas tanah, maka
bahan yang dipakai harus diketahui kekuatannya lebih-lebih menyangkut tegangan
tinggi. Penghantar listrik dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Yang berbentuk
padat umumnya logam, elektrolit dan logam cair (air raksa) merupakan penghantar
cair, dan udara yang diionisaikan dan gas-gas mulia (neon), kripton, dan
sebagainya) sebagai penghantar bentuk gas.
e. Timbulnya Daya Elektro
Motoris-Termo
Sifat ini penting terhadap dua titik kontak yang terbuat dari
dua bahan yang berlainan, karena pada rangkaian arus akan terbangkit daya
elektro motoris-termo tersendiri bila ada perbedaan suhu. Karena elektromotoris
ini dapat tinggi, sehingga dapat menyimpangkan daya pengukuran arus atau
tegangan listrik yang sangat kecil. Besarnya perbedaan tegangan yang terbangkit
tergantung dari sifat-sifat kedua bahan dan sebanding dengan perbedaan suhunya.
Daya elektro-motoris yang terbangkit oleh perbedaan suhu dinamakan : daya
elektro motoris termo.
6.2 Macam-Macam Bahan Penghantar
Fungsi penghantar pada teknik listrik adalah untuk
menyalurkan energi listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar yang lazim
digunakan antara lain : tembaga dan aluminium.
Beberapa bahan penghantar yang masih ada dan relevansinya, antara lain :
a. Aluminium
Aluminium murni mempunyai massa jenis 2,7 g/cm3, a-nya 1,4. 105, titik leleh 6580C
dan tidak korosif. Daya hantar aluminium sebesar 35 m/ohm.mm2 atau
kira-kira 61, 4 % daya hantar tembaga. Aluminium murni dibentuik karena lunak,
kekuatan tariknya hanya 9 kg/mm2. Untuk itu jika aluminium digunakan
sebagai penghantar yang dimensinya cukup besar, selalu diperkuat dengan baja
atau paduan aluminium. Penggunaan yang demikian misalnya pada : ACSR (Aluminium
Conductor Steel Reinforced), ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforced).
Konstruksi penghantar dari aluminium dan baja dapat dilihat pada gambar 6.1.
a. ACSR
|
b. ACAR
|
Gambar 6.1
Penampang penghantar dari aluminium
Penggunaan
aluminium yang lain adalah untuk busbar, dan karena alasan tertentu misalnya
ekonomi, maka dibuat penghantar aluminium yang berisolasi, seperti : ACSR – OW.
Menurut ASA (American Standard Association), paduan aluminium diberi tanda
seperti tabel 6.1 berikut.
Tabel
6. 1 Penandaan Paduan aluminium
Nama Bahan
|
Penandaan
|
Aluminium (kemurnian minimum 99%)
Paduan yang mayoritas
terdiri dari :
Tembaga
Mangan
Silikon
Magnesium
Magnesium dan Silikon
Seng
Lain-lain
Seri-seri yang tidak
digunakan
|
1xxx
2xxx
3xxx
4xxx
5xxx
6xxx
7xxx
8xxx
9xxx
|
Contoh 6.1
1.
Penandaan 1045 untuk aluminium tempa, berarti :
a.
1xxx menunjukkan kemurnian 99 %
b.
x0xx tidak ada pemeriksaan terhadap
sisa pengotoran 1 % – 0,45 % = 55 %
c.
xx45 menunjukkan 99,45 % bahan
tersebut dari aluminium
2.
Penandaan 6050 untuk aluminium tempa, berarti :
a.
6xxx menunjukkan aluminium dengan campuran
mayoritas Si dan Si
b.
x0xx tidak ada pemeriksaan terhadap
pengotoran 1 % – 0,5 % = 5 %
c.
xx45 menunjukkan bahan tersebut
dari paduan magnesium dan silikon 99,5 %
b. Tembaga
Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi yaitu 57 W
mm2/m pada suhu 200C. Koefisien suhu (a)
tembaga 0,004 per 0C. Kurva resistivitas tembaga terhadap suhu
adalah tidak linier seperti yang ditunjukan pada gambar 6.2.
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
Gambar
6.2 Kurva resistivitas tembaga sebagai fungsi dari suhu
Pemakaian
tembaga pada teknik listrik yang terpenting adalah sebagai penghantar, misalnya
: kawat berisolasi (NYA, NYAF), kabel (NYM, NYY, NYFGbY), busbar, lamel mesin
dc, cincin seret pada mesin ac, dan lain-lain. Tembaga mempunyai ketahanan
terhadap korosi, oksidasi. Massa jenis tembaga murni pada suhu 200C
adalah 8,96 g/cm3, titik beku 10830C. Kekuatan tarik tembaga
tidak tinggi berkisar antara 20 hingga 40 kg/mm2, kekuatan tarik
batang tembaga akan naik setelah batang tembaga diperkecil penampangnya untuk
dijadikan kawat berisolasi atau kabel. Cara memper-kecil penampang batang
tembaga menjadi kawat dengan menggunakan penarik tembaga seperti gambar 6.3.
Gambar 6.3 Penarikan batang tembaga menjadi kawat
Untuk
memperkecil penampang batang tembaga digunakan batu tarik (die) yang besarnya beragam, makin ke ujung makin kecil penampang
rautannya. Makin kecil penampang kawat diperlukan, makin banyak tahapan batu
tarik yang digunakan. Bahan batu tarik untuk pembuatan kawat yang cukup besar
diameternya adalah wolfram-karbida, sedangkan untuk pembuatan kawat yang
diameternya kecil adalah intan.
Selama
penarikan akan terjadi penambahan panjang. Untuk itu roda tarik yang dipasang
di belakang batu tarik putarannya atau diameternya dibuat lebih besar. Sesudah
diadakan penarikan terhadap batang tembaga menjadi kawat, tembaga akan lebih
lenting. Keadaan ini kurang baik digunakan sebagai kawat berisolasi atau kabel.
Agar tembaga menjadi lunak kembali perlu diadakan pemanasan. Namun harus
diusahakan selama proses penarikan tidak terjadi oksidasi. Setelah proses
pemanasan selesai, maka proses pembuatan kawat berisolasi atau kabel dapat
dimulai. Untuk penghantar yang penampangnya lebih kecil dari 16 mm2
digunakan penghantar pejal, sedangkan untuk penghantar yang penampangnya >
16 mm2 digunakan penghantar serabut yang dipilin. Pemberian isolasi
pada kawat berisolasi seperti ditunjukkan pada gambar 6.4.
Gambar 6.4 Pemberian isolasi untuk kawat
Kawat
dari gulungan A ditarik melalui alat ekstrusi B . selanjutnya pvc yang keluar
dari C didinginkan pada bak pendingin D. Keluar dari D kawat yang sudah
terisolasi diuji dengan pengujian cetusan (spark testing) E, ditarik dengan
penarik F dan selanjutnya digulung dengan penggulung G.
c. Baja
Baja merupakan logam yang terbuat dari besi dengan campuran
karbon. Berdasarkan campuran karbonnya, baja dikategorikan menjadi tiga macam,
yaitu : baja dengan kadar karbon rendah ( 0 – 25 %), baja dengan kadar karbon
menengah (0,25 – 0,55 %), dan baja dengan kadar karbon tinggi ( di atas 0,55
%). Meskipun konduktivitas baja rendah yaitu : , tetapi digunakan pada penghantar transmisi yaitu ACSR,
dimana fungsi baja dalam hal ini adalah untuk memperkuat konduktor aluminium
secara mekanis setelah digalvanis dengan seng. Keuntungan dipakainya baja pada
ACSR adalah menghemat pemakaian aluminium. Berdasarkan pertimbangan di atas,
maka dibuat penghantar bimetal (berbeda dengan termal bimetal pada pengaman)
seperti gambar 6.5.
|
||||
|
||||
Gambar
6.5 Penampang kawat bimetal
Keuntungan
dari penghantar dengan menggunakan bimetal, antara lain :
a.
Pada arus bolak balik ada
kecenderungan arus melalui bagian luar konduktor (efek kulit)
b.
Dengan melapisi baja menggunakan
tembaga, maka baja sebagai penguat penghantar terhindar dari korosi.
Pemakaian
penghantar bimetal selain untuk kawat penghantar adalah untuk busbar, pisau
hubung, dan lain-lain.
d. Wolfram
Logam ini berwarna abu-abu keputih-putihan, mempunyai massa
jenis 20 g/cm3, titik leleh 34100C, titik didih 59000C, a
=4,4.10– 6 per 0 C, tahanan jenis 0,055 W.mm2/m.
Wolfram diperoleh dari tambang yang pemisahannya dengan menggunakan magnetik
atau proses kimia. Dengan reaksi reduksi asam wolfram (H2WO4)
dengan suhu 7000C diperoleh bubuk wolfram. Bubuk wolfram kemudian
dibentuk menjadi batangan dengan suatu proses yang disebut metalurgi bubuk yang
menggunakan tekanan dan suhu tinggi (2000 atm, 16000C) tanpa terjadi
oksidasi. Dengan menggunakan mesin penarik, batang wolfram diameternya dapat
diperkecil menjadi 0,01 mm (penarikan dilakukan pada keadaan panas).
Penggunaan walfram pada teknik listrik
antara lain untuk : filamen (lampu pijar, lampu halogen, lampu ganda),
elektroda, tabung elektronik, dan lain-lain.
e.
Molibdenum
Sifat logam ini mirip dengan wolfram, begitu pula cara
mendapatkannya. Molibdenum mempunyai massa jenis 10,2 g/cm3, titik
leleh 26200C, titik didih 37000C, a
= 53. 10– 7 per 0 C, resistivitasnya 0,048 W.mm2/m,
koefisien suhu 0,0047 per 0 C. Penggunaan Molibdenum, antara lain :
tabung sinar X, tabung hampa udara, karena molibdenum dapat membentuk lapisan
yang kuat dengan gelas. Sebagai campuran logam yang digunakan untuk keperluan
yang keras, tahan korosi, dan bagian-bagian yang digunakan pada suhu tinggi.
f. Platina
Platina merupakan logam yang berat, berwarna putih
keabu-abuan, tidak korosif, sulit terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian
besar bahan kimia. Massa jenisnya 21,4 g/cm3, titik leleh 17750C,
titik didih 45300C, a = 9. 10– 6 per 0 C,
resistivitasnya 0,1 W.mm2/m,
koefisien suhu 0,00307 per 0 C. Platina dapat dibentuk menjadi
filamen yang tipis dan batang yang tipis-tipis.
Penggunaan
platina pada teknik listrik antara lain untuk elemen pemanas pada laboratorium
tentang oven atau tungku pembakar yang memerlukan suhu tinggi yaitu di atas
13000C, untuk termokopel platina-rhodium (bekerja di atas 16000C),
platina dengan diameter + 1 mikron digunakan untuk menggantung bagian
gerak pada meter listrik dan instrumen sensitif lainnya, dan untuk bahan
potensiometer. Berikut adalah tabel konstanta untuk bahan penghantar.
Tabel
6.2 Konstanta Bahan Penghantar
Bahan
|
Massa jenis g/cm3
|
a:0 – 100o
|
Titik leleh
|
Titik didih panas
|
Konduktivitas
|
Kekuatan tarik
|
Aluminium
Baja
Tembaga
Air raksa
Molibdenum
Wolfram
Platina
|
2,7
7,7
8,96
13,55
10,22
19,27
21,5
|
23,86
10,5-13,2
16,86
61
54
4,5
9,09
|
659,7
1170-1530
1083
-38,86
2620
3390
1769
|
2447
-
2595
356,73
4800
5500
4300
|
0,57
0,11
0,944
0,02
0,33
0,31
0,17
|
20 – 30
37 – 64
40
-
100-250
420
34
|
g. Air Raksa
Air raksa adalah satu-satunya logam berbentuk cair pada suhu
kamar. Resistivitasnya 0,95 W.mm2/m, koefisien suhu 0,00027 per 0
C. Pada pemanasan di udara air raksa sangat mudah terjadi oksidasi. Air raksa
dan campurannya khusus uap air raksa adalah beracun. Penggunaan air raksa
antara lain : gas pengisi tabung elektronik, penghubung pada sakelar air raksa,
cairan pada pompa diffusi, elektroda pada instrumen untuk mengukur sifat
elektris bahan dielektrik padat. Logan lain yang juga banyak digunakan pada
teknik listrik, antara lain : tantalum dan niobium. Tantalum dan niobium yang
dipadukan dengan aluminium banyak digunakan sebagai kapasitor elektrolitik.
h. Bahan-Bahan resistivitas Tinggi
Bahan resistivitas tinggi yang digunakan untuk peralatan yang
memerlukan resistansi yang besar agar bila dialiri arus listrik akan terjadi
penurunan tegangan yang besar. Contoh penggunaan bahan resistivitas tinggi
antara lain : pada pemanas listrik, rheostat dan resistor. Bahan-bahan ini
harus mempunyai koefisien suhu yang rendah. Untuk elemen pemanas, pada suhu
tinggi untuk waktu yang lama tidak boleh terjadi oksidasi dan meleleh.
Bahan-bahan yang resistivitasnya tinggi antara lain :
konstantan, manganin, nikron dan fechral yang komposisinya ditunjukkan pada
tabel 6.3.
Tabel
6.3 Bahan Resistivitas Tinggi
Nama Paduan
|
Komposisi (%)
|
Massa jenis
|
Resistivitas W.mm2/m
|
Koefisien suhu 10– 5
per 0 C
|
Konstantan
Kromel
Manganin
Nikrom
Fechral
Nikelin
|
60 Cu, 40 Ni
0,7 Mn, 0,6 Ni, 23-27 Cr,
4,5-6,5 Al + Fe
86 Cu, 12 Mn, 2 Ni
1,5 Mn, 75-78 Ni, 20-23
Cr, sisanya Fe
0,7 Mn, 0,6 Ni, 12-15 Cr,
3,5-5 Al, sisanya Fe
54 Cu, 26 Ni, 20 Zn
|
8,9
6,9 – 7,3
8,4
8,4 – 8,5
7,1 – 7,5
–
|
0,48 – 0,52
1,3 – 1,5
0,42 – 0,48
1 – 1,1
1,2 – 1,35
0,4 – 0,47
|
5,25
6,5
5,3
10 – 20
10 – 12
23
|
i. Timah Hitam
Timah hitam mempunyai massa jenis 11,4 g/cm3, agak
lunak, meleleh pada suhu 3270C, titik didih 15600C, warna
abu-abu dan sangat mudah dibentuk, yang merupakan bahan yang tahan korosi dan
mempunyai konduktivitas 4,5 m/W.mm2.
Pemakaian
timah hitam pada teknik listrik antara lain : sel akumulator, selubung kabel
tanah, disamping digunakan sebagai pelindung pada industri nuklir. Timah hitam
tidak tahan terhadap pengaruh getaran dan mudah mengikat sisa asam. Untuk
pemakaian sebagai pelindung kabel tanah jika ditanam pada tempat tersebut
diperlukan pelin-dungan tambahan. Kapur basah, air laut, dan semen baah dapat
bereaksi dengan timah hitam. Itulah sebabnya disamping timah hitam sebagai
pelidung kabel tanah, juga digunakan paduan dari timah hitam yang mempunyai
struktur kristal yang lebih halus, lebih kuat, dan lebih tahan getaran. Tetapi
bahan ini adalah lebih mudah korosi dan
mengandung racun.
j. Bimetal
Setiap logam mempunyai muai panjang (a) yang
berbeda-beda. Hal ini berarti bila 2 logam dengan a berbeda
dipanasi dengan suhu yang sama, maka panjangnya akan berbeda. Apabila keduanya
disatukan menjadi bimetal (seperti gambar 6.6), maka apabila dipanasi bimetal
akan melengkung ke arah logam yang mempunyai a yang lebih
kecil.
|
|||
Gambar
6.6 Penyimpangan bimetal karena a1 < a2
Besarnya
lengkungan (penyimpangan) a ditentukan oleh perbedaan muai panjang (a2
- a1),
panjang (l), beda suhu (t2
– t1) dan ketebahalan (h) dari kedua logam. Penyimpangan maksimum
bimetal adalah :
bahan
yang umum digunakan untuk bimetal adalah invar (63,1 % + 36,1 % Ni + 0,4 % Mn +
0,4 % Cu) sebagai logam yang mempunyai a kecil
yaitu 1,5 .10-6 per 0C untuk suhu 0 hingga 1000C.
Sedangkan untuk kedua logam dengan a yang lebih
besar dapat digunakan : besi, nikel, konstantan, tembaga dengan proses dingin,
perunggu atau monel (66 % Ni + 28 % Cu + Fe, Mn) atau baja non magnetik.
Penggunaan
bimetal pada teknik listrik adalah untuk rele termal, seperti pada : Miniatur
circuit Breaker (MCB), dan Over Load Relay (OLR). Bimetal sebagai rele termal
tidak selamanya dilewati arus, kecuali arus yang tidak terlalu besar. Untuk
memutuskan arus besar pada rele ada lilitan pemanas khusus yang ditempatkan
disekeliling bimetal. Pengaruh panas dari lilitan inilah yang digunakan untuk
mempengaruhi pembengkokan bimetal.
6.3
Serat Optik
Serat optik ini banyak digunakan untuk bidang elektro
telekomunikasi sebagai media transmisi komunikasi data. Perkembangan terakhir
pemakaian serat optik (optic fibre) sebagai saluran transmisi komunikasi jarak
jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan transmisi konvensional antara
lain : saluran 2 kawat sejajar menggunakan kabel koaksial. Keuntungan
menggunakan serat optik ini antara lain : dimensi kecil dan ringan, bebas dari
interferensi elektromagnetis, tidak ada bahaya loncatan bunga api, tidak
mungkin terjadi gangguan hubung singkat, kemungkinan terjadinya percakapan
silang (cross talk) sangat kecil, tahan terhadap pengaruh kimia dan suhu
sehingga cocok untuk daerah tropis. Sistem komunikasi yang menggunakan
transmisi serat optik harus mengubah sinyal listrik menjadi sinyal cahaya pada
sisi pengirim dan mengubah sinyal cahaya menjadi sinyal listrik pada sisi penerima.
Untuk itu diperlukan sumber optik pada sisi pengirim dan detektor optik pada
sisi penerima.
Berdasarkan
konstruksinya, serat optik dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a.
Serat optik berbentuk batang
dielektrik (selubung udara)
b.
Serat optik dengan inti yang
mempunyai lapisan tunggal
c.
Serat optik dengan inti yang
mempunyai lapisan ganda.
Sedangkan
berdasarkan teknik pembuatan aserat optik dapat dilakukan dengan 4 cara :
a.
Dengan pengendapan uap kimia, dapat
dilakukan dengan pengendapan uap kimia : intern, ekstern, dan plasma.
b.
Dengan gelas komponen jamak, yaitu
dibuat dari oksidasi-oksidasi garam karbonat yang diproses dengan senyawa basa.
Kemurnian yang diperoleh tidak sebaik proses pengendapan kimia.
c.
Dengan metode batang dan tabung,
yaitu dengan cara membuat batang inti gelas yang dimasukkan pada lapisan yang
berbentuk tabung kemudian dipanasi dan dimasukkan pada pengarah. Kelemahan
metode ini yaitu pencetakan menggunakan proses pemanasan kaca dingin, sehingga
memungkinkan terjadi perubahan permukaan baik pada inti maupun lapisannya.
d.
Dengan serat silika dilapisi resin
silikon, yaitu dengan kosntruksi dasar serat yang terbuat dari silika
dioksidasi (Si O2) dan lapisannya terbuat dari plastik yang
mengandung resin (damar) silikon. Jenis ini lazim disebut serat optik dilapis
plastik (Plastic Clad Silica Fibre : PCS Fibre). Pada prakteknya, serat optik
yang digunakan untuk transmisi telekomunikasi diperkuat dengan komponen
tambahan, antara lain : pembungkus atau jaket yang berfungsi menahan pengaruh
luar (udara dan air), bahan penguat seperti : kawat baja, plastik, pengisi,
pita, dan konduktor terisolasi yang membentuk satu kesatuan kabel. Fungsi
konduktor berisolasi adlah untuk menyalurkan catu daya penguat ulang
(repeater).
Seperti halnya dengan kabel konvensional,
kabel serat optik juga terdapat bermacam-macam konstruksi, tergantung pada :
penggunaan di udara, air, atau dalam tanah; serta spesifikasi lain yang
dikeluarkan oleh produsen.
7. Kegiatan Belajar 7
BAHAN MAGNETIK
a.
Tujuan Kegiatan Pembelajaran :
- Siswa
memahami bahan-bahan magnetik dan mampu menerapkannya
b. Uraian Materi 7 :
7.1 Sifat-Sifat Bahan Magnet
Menurut sifat bahan terhadap pengaruh kemagnetan, maka dpat
digolongkan menjadi :
a. Diamagnet,
yaitu bahan yang sulit untuk menyalurkan garis-garis gaya magnit (ggm).
Permeabilitasnya lebih kecil dari 1 (satu) dan tidak mempunyai dua kutub
permanen. Contoh bahan ini antara lain : Bi, Cu, Au, Al2O3,
NiSO4, dan lain-lain.
b. Paramagnetik,
yaitu bahan yang dapat menyalurkan ggm tetapi tidak banyak. Permeabilitasnya
sedikit lebih besar dari 1 (satu), dan susunan dwikutubnya tidak beraturan.
Contoh bahan ini diantaranya : Al, Fb, FeSO4, Fe
Cl2, Mo, W, Ta, Pt, dan Ag.
c. Ferromagnetik,
yaitu bahan yang mudah menyalurkan ggm, dengan permeabilitas jauh di atas 1
(satu). Contohnya : Fe, Co, Ni, Gd, Dy.
d. Anti
Ferromagnetik, yaitu bahan yang mempunyai susceptibilitas positif yang
kecil pada segala suhu dengan perubahan susceptibilitas suhu karena keadaan khusus. Teori anti
ferromagnetik ini dikembangkan oleh Neel seorang ilmuwan Perancis. Susunan
dwukutubnya sejajar tetapi berlawanan arah. Contohnya : MnO2, MnO,
FeO, dan CoO.
Bahan-bahan
ferromagnetik mempunyai resistivitas rendah sehingga pemakaiannya terbatas pada
frekuensi rendah. Sehingga dikembangkan bahan ferrimagnetik yang mempunyai
resistivitas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bahan ferromagnetik.
e. Ferrimagnetik
(ferrit), yaitu suatu bahan yang mampu digunakan untuk perlatan dengan
frekuensi tinggi disamping arus eddy yang terjadi kecil. Rumus bahan
ferrimagnetik adalah MO, Fe2O3 (M : logam bervalensi 2
yaitu : Mn, Mg, Ni, Cu, Co, Zn, Cd). Contohnya : ferrit (a
NiO), seng (b ZnO), dan
nikel (Fe2O3)
dimana a + b
= 1. Gambaran dwikutub bahan magnet seperti dijelaskan pada gambar 7.1.
a. Paramagnetik
|
b. Ferromagnetik
|
||||||||
c. AntiFerromagnetik
|
d. Ferrimagnetik
|
Gambar 7.1
susunan dwikutub bahan-bahan magnetik
Istilah bahan magnetik yang umum digunakan adalah bahan
ferromagnetik, yang dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu :
a.
Bahan yang mudah dijadikan magnet
yang lazim disebut bahan magnetik lunak. Bahan in banyak digunakan untuk inti
transformator, inti motor atau generator, rele, peralatan sonar atau radar.
b.
Bahan ferromagnetik yang sulit
dijadikan magnet tetapi setelah menjadi magnet tdak mudah kembali seperti
semula yang disebut dengan bahan magnetik keras. Bahan ini digunakan untuk
pabrikasi magnet permanen.
Sifat-sifat
bahan magnetik mirip dengan sifat dari bahan dielektrik, dimana momen atom dan
molekul-molekul yang menyebabkan adanya dwikutub sama dengan momen dwikutub
pada bahan dielektrik. Magnetisasi pada bahan magnet seperti polaritas pada
bahan dielektrik.
7.2
Parameter-Parameter Magnetik
Beberapa parameter yang menentukan sifat kemgnetan
(magnetisasi) dari suatu bahan antara lain :
a. Permeabilitas dan
Susceptibilitas Magnetik
Pada perhitungan tentang magnet terdapat hubungan antara
fluksi (B) dengan satuan Wb/m2 atau tesla dengan kuat medan (H)
dengan satuan A lilit/m, yang dirumuskan : B
= m H karena m = mr
. m0 maka dapat juga ditulis dengan : B
= mr
. m0
H
dimana m : permeabilitas bahan yang merupakan hasil
perkalian permeabilitas absolut (m0) dengan
permeabilitas relatif (mr), besarnya
m0 = 4 . p . 10–7 H/m.
Kuantitas yang diekspresikan (mr
– 1) disebut magnetisasi per unit dari intensitas medan magnet yang disebut
susceptibilitas magnetisasi. Besarnya m untuk
bahan ferromagnetik adalah tidak konstan. Jika arus I dialirkan melalui
kumparan dengan inti bertambah dari nol bertahap sehingga medan magnet dan
rapat fluksi akan bertambah. Pertambahan keduanya akan sebanding seperti terlihat pada gambar 7.2.
|
|||
|
|||
|
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
|
Gambar
7.2 Jerat histerisis bahan ferro
Berdasrkan gambar 7.2 , kurva OP mula-mula naik dengan tajam,
kemudian setelah mencapai tahapan tertentu kurvanya mendatar karena B atelah
mencapai kejenuhan (saturasi). Kalau diadakan pembandingan B dengan H maka
diperoleh harga m
yang tidak tetap. Setelah tercapai titik P, kemudian I diturunkan secara
bertahap sehingga diperoleh kurva PQ yaitu pada saat I sama dengan nol, masih
terdapat sisa kemagnetan (Br).
Kemudian arah arus dibalik dengan
cara sebelumnya maka H akan bertambah
dan B menjadi nol di titik R sehingga diperoleh Hc yang disebut dengan gaya
Koersip (Coersive Force). Prosedur di atas diulang-ulang sehingga diperoleh
kurva tertutup PQRSCTP yanag disebut dengan istilah Jerat Histerisis Magnetik. Luas daerah ini sebanding dengan volume
bahan magnetik yang dimagnetisasi. Apabila inti tersebut diberi arus
bolak-balik maka akan menimbulkan arus eddy (eddy current) yang lazim disebut
dengan arus pusar atau arus
focoult.
b. Momen Magnetik
Seperti diketahui bahwa jika sebuah kumparan yang dilewati
arus (I) diletakan pada rapat arus yang merata akan menimbulkan torsi yang
besarnya tergantung pada : luas kumparan, arus, dan rapat fluksi yang terpotong
bidang kumparan. Momen dwikutub magnetik hubungannya dengan torsi adalah :
Pm = I . Kumparan
dimana
Pm : merupakan vektor yang arahnya tegak lurus terhadap kumparan dengan satuan
A/m2 . Batang magnet permanen juga dapat menyebabkan torsai apabila
diletakkan di dalam medan yang merata. Jika magnet tersebut diharapkan untuk
mendapatkan kutub-kutub bebas yang berlawanan, maka dapat dikatakan sebagai
momen dwikutub sebagai hasil dari kuat kutub dengan jarak antara kutub-kutub.
c. Magnetisasi
Semua bahan memungkinkan menghasilkan medan magnetik, dari
itu diperoleh secara eksperimental untuk menimbulkan momen magnetik. Besarnya
momen ini pe unit volume disebut mahnetisasi dari medium (M) dengan satuan C/m,
dt atau A/m. Pada saat medan magnet diberikan kepada suatu naham, induksi
magnetik (rapat fluksi) adalah penjumlahan dari efek pada keadaan pakem suatu
bahan, sehingga besarnya rapat fluksi (B) menjadi :
B = m0
. B + m0
. M
M = (m –
1) . H =
Xm . H
Xm
adalah susceptabilitas magnetik, M magnetisasi bahan dapat diekspresikan
sebagai momen dwikutub (pm) dengan satuan
C. m2/dt atau A/m2, dimana : M = N . pm
N
adalah jumlah dwikutub magnetik per unit volume. Berdasarkan susceptibilitasnya
dapat dibedakan sifat kemgnetab suatu bahan yaitu : untuk Xm negatif 10–5
adalah diamagnetik, untuk Xm kecil dan p[ositif 10–3 pada suhu kamar
(karena Xm berbanding terbalik dengan suhu) adalah paramagnetik, untuk Xm yang
besar adalah ferromagnetik.
7.3 Laminasi Baja Kelistrikan
Cara yang paling praktis untuk mengubah bahan magnetik lunak
untuk menjadi baja kelistrikan adalah dengan menambah silikon ke dalam
komposisinya. Cara ini akan mengurangi rugi histerisis dan arus pusar dengan
tajam, karena resistivitasnya bertambah. Paduan baja dengan tambahan silikon,
sekarang ini merupakan bahan yang sangat
penting untuk bahan magnetik lunak pada teknik listrik. Namun perlu diingat bahwa
penambahan silikon akan menyebabkann bahan menjadi rapuh.
Tabel 7.1 memberikan data campuran silikon pada baja
sehubungan dengan resistivitas dan massa jenisnya.
Tabel
7.1 Campuran Si dan pengaruhnya terhadap resistivitas & massa jenis Baja
Kandungan Si
(%)
|
Resistivitas W -mm2/m
|
Massa Jenis g/cm3
|
0,8 – 1,8
1,8 – 2,8
2,8 – 4,0
4,0 – 4,8
|
1,25
0,4
0,5
0,57
|
7,8
7,75
7,65
7,55
|
Laminasi untuk transformator umumnya mengandung Si
sekitar 4 %, sedangkan untuk jangkar motor listrik kandungan Si nya 1 – 2 %.
Namun hal ini dapat diubah-ubah berdasarkan standar masing-masing negara
penghasil mesin-mesin tersebut. Selanjutnya periksa tabel 7.2. Ketebalan
laminasi baja transformator untuk inti peralatan listrik adalah 0,1 – 1 mm, dan
yang bisa dipasarkan adalah 0,35 mm dan 0,5 mm dalam bentuk lembaran 2 x 1 m, 1,5 x 0,75 m. kurva
magnetisasi baja transformator seperti ditunjukkan pada gambar 7.2.
2
|
|
|
|
|
|
|
|
||
1,8
|
|
|
|
|
|
|
|
||
1,6
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
||
1,2
|
|
|
|
|
|
|
|
||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
||
0,8
|
|
|
|
|
|
|
|
||
0,6
|
|
|
|
|
|
|
|
||
0,4
|
|
|
|
|
|
|
|
||
0,2
|
|
|
|
|
|
|
|
||
0
|
1000
|
2000
|
3000
|
4000
|
5000
|
6000
|
|
|
Gambar
7.2 Kurva B – H baja transformator
Baja listrik jenis lain
adalah baja listrik dengan proses dingin. Kemampuan baja listrik sangat
tinggi terutama jika fluksi magnetiknya searah dengan panjang laminasi. Karena
kristal baja ini dibuat searah dengan proses dingin dan aniling pada ruang yang
diisi hidrogen. Baja ini digunakan pada pembuatan inti transformator dengan
lilitan jenis ribbon (misalnya : transformator arus). Baja ini memungkinkan
mengurangi berat dan dimensi transformator 20 – 25 % dan untuk transformator
radio, hal ini dapat mencapai 40 %.
Tabel 7.2 Bahan-bahan Magnetik
Lunak
Klasifikasi
|
Komposisi
(sisanya % Fe)
|
Hc
A lilit/m
|
Br
Wb/m2
|
I.
Besi Murni untuk baja listrik
II.
Besi Tuang
III.
Dinamo dan transformator :
Baja trafo I
Baja trafo II
Baja trafo III
Baja trafo IV
IV.
Bahan bahan yang mengandung Ni
Permenorm
3601K1 (it)
Nikel murni
Hyperm
Memetal (it)
Supermalloy
V. Bahan yang mengandung
Al
Sendust
Vacadur
VI. Bahan yang mengandung
Co
Vacoflux 50
Cobal murni
VII. Paduan termo
Thermoflux
65/1000
|
0,01 % C
2 – 3,5 % C
0,7 % Si
1 % Si
1,7 – 2,7 % Si
3,4 – 4,3 % Si
36 % Si
99 % Ni; 0,2 % Cu
50 % Ni
76 % Ni; 5 % Cu
79 % Ni; 5 % Mo 0,5 % Mn
5,4 % Al; 9,6 % Si
16 % Al
49 % Co; 1,8 V
99 % Co
|
6,32 – 31,6
126,4
158
252,8
63,2 – 79
23,7 – 47,4
7,9
1,2
4,74 – 1,9
1,2
0,47
1,74
3,95
110,6
790
|
2,1 – 2,15
> 1,5
2,1
2
1,95
1,9
1,3
0,6
1,5
0,8
0,78
1,1
0,9
2,35
7,8
|
|
30 Ni induksinya sangat
tergantung pada suhu, misalnya : H = 7900 amper lilit/m
t = 00C t = 200C t = 600C
B = 0,41 B = 0,3 B = 0,065
|
Dimana
it : inti toroida, 1 A lilit/m = 0,0126 oersted, 1 wb/m2 = 104 gauss.
7.4 Bahan Magnet Lunak Lain
Bahan magnetik lunak yang banyak digunakan adalah paduan
besi-nikel. Kurva pada gambar 7.3 menunjukkan hubungan antara permeabilitas
dengan komposisi antara besi dan nikel. Pada komposisi nikel 20 % paduan
menjadi nonmagnetis dan permeabilitas maksimum dicapai pada komposisi nikel +
21,5 %. Paduan yang terdiri dari besi-nikel dengan tambahan molibdenum,
chromium atau tembaga disebut permalloy. Permalloy dapat dibedakan berdasarkan
kandungan nikelnya yaitu permalloy nikel rendah yaitu permalloy yang mengandung
nikel 40 – 50% dan permalloy yang mengandung nikel 72 – 80 % disebut permalloy
tinggi.
Dibandingkan dengan permalloy tinggi permalloy rendah
mempunyai permeabilitas yang lebih rendah, mempunyai induksi pada keadaan jenuh
yang lebih tinggi, permeabilitas permalloy berbanding terbalik dengan frekuensi
seperti ditunjukkan pada gambar 7.3.
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||
15000
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||
10000
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||
0
|
10
|
102
|
103
|
104
|
105
|
106
|
||||||||||
|
Gambar 7.3 m0
= f (f) pada permalloy
Pemalloy
yang mengandung Ni sangat tinggi akan mempunyai permeabilitas yang tinggi
(hingga 800.000) setelah diadakan treatment termal. Daya koersipnya rendah
yaitu antara 0,32 – 0,4 amper lilit/m. Permalloy dipabrikasi pada lembaran
tipis hingga sampai 3 mikron. Permalloy sensitive terhadap benturan, tekanan
mempengaruhi sifat kemagnetannya. Permeabilitas absolut dari paduan alfiser
yang komposisinya 9,5 % Si, 5,6 % Al, dan sisanya besi, berkisar antara 10.000
– 35. 000, daya koersip 1,59 amper lilit/m dan resistivitas 0,81 W.
mm2/m.
Alfiser
adalah sangat regas sehingga mudah dijadikan bubuk untuk dibuat bahan
dielektrikmagnet. Harganya lebih daripada permalloy karena komposisinya tidak
tergantung Ni. Camlloy termasuk bahan magnetik lunak yang komposisinya adalah
66,5 % Ni, 30 % Cu, 3,5 % Fe. Yang menarik dari bahan ini adalah : bahan akan
kehilangan sifat ferromagnetnya (titik currie) pada suhu yang relatif rendah
yaitu 1000C (titik currie untuk Fe adalah 7680C).
Bahan-bahan ferromagnetik yanaga berubah ukurannya pada medan magnet antara
lain Ni murni, beberapa paduan antara Fe dengan Cr, Co dengan Al. Gejala
demikian ini disebut magnetostriksi). Dielektrikmagnet digunakan untuk
perlatan rangkaian magnetik yang bekerja
pada frekuensi yang sangat tinggi dengan kerugian arus pusar yang rendah.
Sekarang banyak digunakan ferrit pada peralatan yang bekerja
pada frekuensi tinggi, dimana bahan ini adalah kompon keramik yang mempunyai
rumus umum MO Fe2 O3. M adalah logam diantara Fe, Cu, Mn,
Zn dan Ni. Ferrit dibuat dengan campuran senyawa oksidanya dengan perbandingan
yang tepat dalam bentuk bubuk, dengan tambahan sedikitr bahan organik tntuk
mengikat atau merekatkan ditekan dan dipanasi 1100 – 14000C di ruang
yang berisi oksida.
Ferrit
adalah semikonduktor yang mempunyai resistivitas antara 102 – 107
W.cm.
karena resistivitas yang tinggi tersebut, maka penggunaannya pada frekuensi
tinggi adalah tepat karena rugi daya yang disebabkan arus pusar adalah kecil.
Pada ferrit besarnya permeabilitas adalah berbanding terbalik dengan frekuensi.
Ferrit mempunyai massa jenis 3 – 5 g/cm3, kapasitas termal 0,17
kalori/g.0C, konduktivitas panas 5.10-2 W/cm 0C,
muai panjang 10-5 setiap 0C.
7.5 Bahan Magnet Permanen
Magnet permanen digunakan pada instrumen penginderaan, rele,
mesin-mesin listrik kecil, dan lain-lain. Baja karbon yaitu baja dengan
komposisi karbon 0,4 – 1,7 % yang merupakan dasar untuk pembuatan magnet
permanen. Walaupun harganya murah tetapi kualitas kemagneetannya tidak terlalu
tinggi. Kemagnetan bahan ini relaltif mudah hilang terutama oleh pukulan atau
vibrasi. Untuk menaikkan mutu kemagnetan baja karbon ditambah wolfram, kromium
atau kobal. Magnet yang dibuat dari karbon murni, wolfram, kromium, dan baja
kobal harus dikeraskan dalam air atau minyak mineral sebelum dimagnetisasi.
Bahan
paduan alni terdiri dari aluminium, nikel dan besi, dimana jika bahan tersebut
ditambah dengan Si maka disebut alnisi.
Sedangkan alnico adalah bahan paduan yang terdiri dari aluminium, nikel, dan
kobal, dimana bahan tersebut mempunyai sifat kemagnetan yang tinggi dan lebih
murah dibanding baja kobal kualitas tinggi. Vectolit adalah bahan paduan yang
terdiri dari besi, kobal oksida sedangkan ferroxdure adalah bahan paduan yang
terdiri dari besi oksida dan barium dimana bahan ini disebut juga barium ferrit
dan di pasaran dengan nama arnox, indox atau ferroba yang dibuat dari bahan
bubuk yang yang dipadukan pada suhu
tinggi. Penggunaannya antara lain : magnet pengeras suara, perangkat
penggandeng magnetik, dan lain-lain. Sifat-sifat kemagnetan dari bahan magnet
permanen paduan dijelaskan pada tabel 7.3.
Tabel
7.3 Sifat Bahan Magnet Keras
Nama
|
Komposisi
|
Hc
A-lilit/m
|
Br
Wb/m2
|
(BH) Maks
J/m3
|
Baja wolfram
Baja chrom
Baja kobal
Alni
Alnisi
Alnico II
Alnico V
Vektolit
Platina kobal
|
93,3% Fe, 0,7%C, 6% W
96% Fe, 1% C, 3 % Cr
59% Fe, 1% C, 5% Cr, 5 %
W, 30% Co
57% Fe, 4% Cu,25% Ni,14%
Al
51% Fe, 1% Si,34% Ni,14%
Al
55%Fe,17% Ni,12% Co,10% Al
51% Fe, 24% Co,14% Ni,8%
Al
44% Fe3O4,30%
Fe2O3,26% Co2O3
77% Pt, 23% Co
|
4.800
4.800
17.500
63.700
50.000
50.000
70.000
200.000
|
1,05
0,9
0,9
0,55
0,4
0,7
1,2
0,6
0,45
|
2.400
2.200
7.400
10.400
11.200
17.000
45.000
4.000
16.000
|
7.6
Magnetostriksi
Pada saat bahan ferromagnetik dimagnetisasi, secara fisik
akan terjadi perubahan dimensi yang disebut dengan gejala magnetostriksi. Ada 3 jenis magnetostriksi, yaitu :
a.
Magnetostriksi Longitudinal yaitu perubahan panjang atau pendek searah dengan
magnetisasi.
b.
Magnetostriksi transversal yaitu perubahan dimensi tegak lurus dengan arah
magnetisasi
c.
Magnetostriksi volume yaitu perubahan volume sebagai akibat kedua efek di atas.
|
Gambar
7.4 Magnetostriksi joule sebagai fungsi dari medan magnet (H)
Perubahan
searah panjang menyebabkan perubahan permeabilitas ke arah perubahan panjang
tersebut yang disebut efek Villari.
Secara umum dikatakan bahwa permeabilitas akan naik karena adanya penurunan
perubahan akat kenaikkan tegangan tarik. Sebalik nya untuk bahan dengan t
negatif, tekanan yang digunakan akan mengurangi permeabilitas. Secara praktis
pengaruh penggunaan magnetostriksi sangat terbatas, diantaranya : oscilator
frekuensi tinggi dan generator super sound, proyektor suara bawah air, detektor
suara, dan lain-lain. Karena permeabilitas berhubungan dengan magnetostriksi
maka untuk menggunakan bahan-bahan permeabilitas tinggi harus diusahakan
magnetostriksinya serendah mungkin.
BAHAN
SEMIKONDUKTOR
DAN
SUPERKONDUKTOR
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran :
- Siswa memahami bahan-bahan semi konduktor dan super konduktor
serta mampu menerapkannya
b. Uraian Materi 8 :
8.1 Bahan Semi Konduktor
Semi konduktor saat ini mempunyai peranan penting di bidang
elektronika dan penggunaannya tidak terbatas pada arus lemah. Hal penting dalam
semi konduktor adalah memahami susunan pita dan atom konduksi elektroniknya
baik pada bahan konduktor maupun pada semi konduktor. Pada bahan tersebut
terdapat pita konduksi maupun pita valensi, dimana kedua pita tersebut saling
menumpuk, dan pada isolator jarak keduanya cukup jauh. Pada semi konduktor
jarak keduanya tidak terlalu jauh dan ini memungkinkan terjadinya tumpang
tindih jika dipengaruhi : panas, medan magnet, dan tegangan yang cukup tinggi.
Perbandingan jarak kedua pita disebut celah energi seperti ditunjukkan pada
gambar 8.1.
a. intan
|
b. semi konduktor
|
c. konduktor
|
Gambar 8.1 Celah energi pada
beberapa bahan
Dari
gambar 8.1 di atas terlihat bahwa celah energi pada intan 6 ev dan intan
merupakan bahan isolator dengan resistivitas tinggi, sedangkan bahan semi
konduktor mempunyai celah energi lebih sempit daripada isolator 0,12 – 5,3 ev
seperti Si sebagai salah satu bahan semi konduktor dengan celah energi 1,1 ev.
Berdasarkan
lebar dan sempitnya celah energi dari bahan-bahan di atas, terlihat bahwa untuk
menjadikan bahan semikonduktor agar menghantar listrik diperlukan energi yang
tidak besar. Silikon dan germanium murni disebut semi konduktor intrinsik jika belum mendapatkan bahan
tambahan, sedangkan yang sudah mendapatkan bahan tambahan disebut ekstrinsik. Bahan tambahan yang dimaksud
arsenikum (As) atau boron (B). bahan semikonduktor yang mendapatkan tambahan As
akan menjadi semi konduktor jenis N, sedangkan yang mendapatkan tambahan B akan
menjadi semi konduktor jenis P. Beberapa bahan tambahan untuk semi konduktor
dapat dilihat pada tabel 8.1.
Tabel
8.1 Enegi Ionisasi
Bahan Pengotoran
|
Si (ev)
|
Ge (ev)
|
Tipe- n
Pospor
Arsen
Antimon
Tipe-p Boron
Aluminium
Gallium
Indium
|
0,044
0,049
0,039
0,045
0,057
0,065
0,16
|
0,012
0,013
0,010
0,010
0,010
0,011
0,011
|
a. Semi konduktor Intrinsik
Telah dibahas sebelumnya, untuk menjadikan pita valensi
bertumpang tindih dengan pita konduksi diantaranya diperlukan medan. Sebagai
contoh : Si mempunyai celah energi 1 ev. Ini diperkirakan beda energi antara
dua inti ion yang terdekat dengan jarak + 1 A0 (10–10
m). Maka dari itu diperlukan gradien
medan + 1 V/10-10 m untuk menggerakan elektron dari bagian
atas pita valensi ke bagian bawah pita konduksi. Namun gradien sebesar itu
kurang praktis. Kemungkinan lain untuk keadaan transisi yaitu tumpang tindih
kedua pita dapat diperoleh dengan pemanasan. Pada suhu kamar ada juga beberapa
elektron yang melintasi celah energi dan hal ini menyebabkan terjadinya semi
konduksi. Pada semi konduktor intrinsik, konduksi tersebut disebabkan proses
intrinsik dari bahan tanpa adanya pengaruh tambahan. Kristal Si dan Ge murni
adalah semi konduktor intrinsik. Elektron-elektron yang dikeluarkan dari bagian
teratas pita valensi ke bagian pita konduksi karena energi termal adalah
penyeban konduksi. Banyaknya elektron yang terkuat untuk bergerak melintasi
celah energi dapat dihitung dengan distribusi kemungkinan Fermi-Dirac :
dimana
Ef : tingkat fermi seperti gambar 8.2, K : konstanta boltzman = 8,64.10–5
ev /0K, E-Ef : Eg/2, Eg : besaran celah energi termal KT
pada suhu kamar (0,026 ev).
Karena
nilai 1 pada penyebut dapat diabaikan, maka persamaan di atas dapat ditulis :
Pada
suhu 00C semua elektron berada pada pita valensi, dimana keadaan ini
kemung- kinan adanya elektron di daerah
0 > E > Ef adalah 100 % atau P(e) = 1;
semua keadaana terdapat elektron. Untuk E > Ef , P(E) = 0
kemungkinan adanya elektron di daerah E > Ef adalah 0 %, semua
keadaan di atas Ef adalah kosong kalau energi elektron E sama besar dengan
kemungkinan P(E), maka dapat dituliskan bahwa banyaknya elektron n yang melalui
celah energi adalah :
Gambar 8.2 Tingkat fermi pada semi konduktor intrinsik
pada pertengahan celah energi
Karena perpindahan elektron dari pita
valensi, maka pada pita valensi terjadi lubang di setiap tempat yang
ditinggalkan elektron tersebut. Suatu semi konduktor intrinsik mempunyai lubang
yang sama pada pita valensi dan elektron pada pita konduksi. Pada pemakaian
elektron yang lari ke pita konduksi dari pita valensi, misalnya karena panas
dapat dipercepat menggunakan keadaan kosong yang memungkinkan pada pita
konduksi. Pada waktu yang sama lubang pita valensi juga bergerak tetapi
berlawanan arah dengan gerakan elektron. Konduktivitas dari semi konduktor
intrinsik tergantung konsentrasi muatan pembawa tersebut yaitu ne dan nh.
b.
Semi Konduktor Ekstrinsik
Pada semi
onduktor ekstrinsik konduksi dapat dilakukan setelah adanya penyuntikan bahan
penambah atau pengotoran dari luar (ekstraneous inqurities). Proses penyuntikan
bahan tambahan terhadap semi konduktor murni disebut doping. Penambahan bahan tersebut kepada semi konduktor murni akan
meningkatkan konduktivitas semi konduktor. Suatu kristal silikon yang didoping
dengan elemen kolom 5 pada susunan berkala seperti P, As atau Sb. Pada gambar
8.3 menjelaskan kristal Si yang didoping dengan P. Pada gambar 8.3 tersebut 4
dari 5 elektron pada orbit terluar dari atom pospor mengikat 4 silikon
sekelilingnya. Elektron ke 5 dari atom P tidak mempunyai atom semula dan dapat
diasumsikan berputar mengelilingi ion pospor positif seperti halnya elektreon
1s mengelilingi inti hidrogen. Namun demikian mempunyai sebuah perbedaan
penting yaiotu elektro dari atom pospor bergerak pada medan listrik dari kristal
silikon dan bukan pada ruang bebas seperti halnya pada atom H. Hal ini akan
membawa akibat konstanta dielektrik dari kristal pada perhitungan orbitan dan
radius orbit elektron menjadi sangat besar kira-kira 80 A0
dibandingkan 0,5 A0 dari orbit hidrogen.
Gambar 8.3
Silikon yang didoping dengan pospor
Hal
ini dapat diartikan bahwa elektron ke-5 tersebut bebas dan tingkat energinya
bedekatan terhadap pita konduksi. Eksistensi elektron ke-5 ke dalam pita
konduksi lebih cepat terlaksana daripada eksistensi dari pita valensi kristal
Si. Atom p dinamakan mendonorkan elektronnya pada semi konduktor. Tingkat
energi dari elektron ke-5 dinamakan tingkat donor. Semi konduktor yang
didonorkan dari elemen-elemen pada kolom 4 (mendonorkan muatan negatif) disebut
semi konduktor tipe-n. Energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron ke-5
masuk ke dalam pita konduksi disebut energi ionisasi seperti ditunjukkan pada
tabel 8.1.
Dibandingkan
dengan celah energi, besarnya energi ionisasi dari atom pengotor sangat kecil.
Pada suhu kamar, elektron-elektron tingkat donor sudah dikeluarkan dari pita
valensi masuk ke dalam pita konduksi. Kumpulan elektron ini jauh lebih besar
dari kumpulan elektron yang dikeluarkan dari pita valensi pada proses
intrinsik. Sesuai dengan hukum gerakan massa, hasil dari banyaknya
elektron-elektron pada pita konduksi dan banyaknya lubang pada pita valensi
harus konstan. Kondisi ini secara drastis akan mengurangi banyaknya lubang pada
semi konduktor tipe-n. Elektron-elektron pada pita konduksi menjadi pembawa
muatan mayoritas (majority charge carries).
Proses doping kristal Si dengan elemen kolom 3 antara lain :
Ga, Al, dan In dapata dijelaskan:
Aluminium
mempunyai 3 elektro pada orbit terluarnya, sedangkan untuk menyisipkan Si pada
akristal ini Al memerlukan elektron ekstra untuk melengkapkan ikatan
sekelilingnya menjadi tetra hedral (mengikat 4 atom Si). Elektron ekstra ini
dapat diperoleh dari atom Si yang terdekat sehingga menimbulkan lubang pada Si.
Atom Al dengan elektron ekstra menjadi sebuah muatan negatif dan lubang dengan
sebuah muatan posisitf dapat dianggap berputar mengelilingi atom Al. Hal ini
dapat dijelaskan pada gambar 8.4
Gambar 8.4
Silikon yang didoping dengan elemen kolom ke-3 (Al)
Pada
suhu 0O, lubang tetap terikat pada atom pengotor. Kalau suhu
dinaikkan, lubang akan terlepas dari atom pengotor dan menjadi konduksi. Energi
ionisasi untuk sebuah ikatan lubang bebas dari pengotornya kira-kira sama
dengan energi ionisasi dari elektron-elektron donor pada kristal yang sama.
Tingkat ikatan lubang disebut tingkat akseptor (aluminium menerima sebuah
elektron) dan selalu di atas pita valensi.
Kumpulan
lubang diusahakan dengan eksitasi termal pada Si yang didoping jauh lebih besar
daripada yang diusahakan dengan eksitasi dari elektron pada pita konduksi.
Menurut hukum gerakan massa disini lubang-lubang positif sebagai pembawa
mayoritas muatan. Dengan demikian semi kondukstor ekstrinsik disebut semi konduktor
tipe-p. Pada semi konduktor ekstrinsik, banyaknya elektron pada pita konduksi
dan banyaknya lubang pada pita valensi tidak sama apakah elektron atau yang
lubangnya lebih dominan tergantung dari tipe proses ekstrinsiknya. Adapun
macam-macam penggunaan semi konduktor seperti ditunjukkan pada tabel 8.2.
Tabel
8.2 Macam-macam Semi konduktor dan Penggunaannya
Nama Semi Konduktor
|
Penggunaannya
|
Barium Titinate (Ba Ti)
Bismut Telurida (Bi2
Te3)
Cadmium sulfida (Cd S)
Gallium arsenida (Ga As)
Germanium (Ge)
Indium antimonida (In Sb)
Indium arsenida (In As)
Silikon (Si)
Silikon Carbida (Si Cb)
Seng Sulfida (Zn S)
Germanium Silikon (Ge Si)
Selenium (Se)
Aluminium Stibium (Al Sb)
Gallium pospor (Ga P)
Indium pospor (In P)
Tembaga Oksida
Plumbun Sulfur (Pb S)
Plumbun Selenium (Pb Se)
Indium Stibium (In Sb)
|
Termistor (PTC)
Konversi termo elektrik
Sel Fotokonduktif
Dioda, transistor, laser,
led, generator ge-lombang mikro
Diode, transistor
Magnetoresistor,
piezoresistor, detektor radiasi inframerah
Piezoresistor
Diode, transistor, IC
Varistor
Perangkat penerangan
elektro
Pembangkitan termoelektrik
Rectifier
Diode penerangan
Diode penerangan
Filter inframerah
Rectifier
Foto sel
Foto sel
Detektor inframerah,
filter inframerah, generator Hall
|
8.2 Bahan Super Konduktor
Bahan konduktor yang dijumpai sehari-hari, selalu mempunyai
resistansi. Hal ini disebabkan bahan-bahan tersebut mempunyai resistivitas.
Seperti telah dibahas bahwa resistivitas akan mencapai harga nol pada suhu
kritis (TC). Dewasa ini sedang dikembangkan usaha untuk mencapai
suhu kritis (Tc) bahan-bahan untuk dijadikan super konduktor. Disamping itu
medan magnet pada bahan super konduktor lebih kecil daripada medan kritis (Hc)
seperti ditunjukkan pada gambar 8.5.
|
|||
Gambar 8.5 Daerah
super konduktor pada bidang medan magnet dan suhu
Dengan
demikian suatu super konduktor akan hilang super konduktivitasnya jika suhunya
di atas kritis dan medannya di atas kuat medan kritis. Terdapat 30 unsur dan
hampir 100 senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan super konduktor. Suhu
kritis tertinggi super konduktor adalah 18,1OK untuk senyawa Nb3
Sn yang ditemukan oleh Mathias seorang ahli USA.
Perlu diingat bahwa tidak selalu terjadi pada bahan yang pada
suhu kamar seperti : Cu, Ag dan Au merupakan konduktor yang baik akan menjadi
super konduktor pada kondisi yang lebih mudah dibandingkan bahan lain pada suhu
kamar konduktivitasnya jelek. Ada 2 jenis super konduktor yaitu jenis I : Pb,
Ag, dan Sn dapat menyalurkan arus pada permukaan sampai kedalaman 104
mm pada medan magnet hingga setinggi-tingginya seperti medan magnet Nb dan
paduan Pb. Super konduktor jenis II jika medan magnetnya mencapai medan kritis
dan suhu kritisnya relatif (lebih tinggi dari jenis I), keadaan super konduktor
tidak langsung berubah menjadi konduktor normal, tetapi menjadi bahan yang
merupakan peralihan atau dari kondisi super konduktor menjadi konduktor normal.
Pada jenis I yang mengantarkan arus tetap akan menimbulkan medan magnet tanpa
kerugian karena medan listrik di semua tempat nol, sedangkan pada jenis II
dalam keadaan yang sama akan menimbulkan kerugian yang sangat kecil dan dapat
diabaikan. Jika diteliti dari tabel 8.3 dapat dijelaskan bahwa :
a.
Logam menovalen adalah bukan super
konduktor
b.
Logam ferromagnetik dan antiferromagnetik
adalah bukan super konduktor
c.
Konduktor yang baik pada suhu kamar
adalah bukan super konduktor dan logam super konduktor sebagai logam normal
adalah bukan konduktor yang baik pada suhu kamar.
d.
Film tipis dari Be, Bi, dan Fe
adalah menunjukkan sebagai super konduktor.
e.
Bismut, Pb, dan Te menjadi super
konduktor jika mendapat tekanan yang tinggi.
Penggunaan dari super konduktor sampai saat ini belum
dipabrikasi dalam skala besar. Mesin-mesin listrik, transformator dan kabel
sedang dikembangkan mengguna-kan super konduktor. Dengan menggunakan super
konduktor efisiensi dapat dicapai 99,99 %. Dengan kabel super konduktor
berdiameter beberapa cm dapat digunakan menyalurkan semua daya yang dihasilkan
semua pembangkit listrik di Indonesia. Terdapat dua perangkat yang umum
menggunakan super konduktor, yaitu :
a. Elektromagnet
karena konduktor tidak mempunyai kerugian yang disebabkan
resistansi, maka dimungkinkan membuat selenoide dengan super konduktor tanpa
kerugian yang menimbulkan panas. Selenoide dengan arus yang sangat kecil pada
medan magnet nol untuk kawat yang digunakan memungkinkan membangkitkan sebuah
medan magnet tipis dari lilitan. Karena dengan bahan super konduktor
memungkinkan membuat elektromagnet yang kuat dengan ukuran yang kecil. Aplikasi
dari elektromagnet dengan super konduktor antara lain : komponen Magneto Hidro
Dinamik.
Tabel
8.3 Suhu Kritis (Tc) beberapa bahan super konduktor
Unsur
|
Tc (0K)
|
Senyawa
|
Tc (0K)
|
Ti
Zn
Al
Tl
In
Sn
Hg
Ta
V
Pb
Nb
Tc
Th
U
|
0,49
0,82
1,20
2,38
3,40
3,73
4,16
4,39
5,1
7,22
8,00
11,2
1,37
0,68
|
Na Bi
Ba Ba3
Nb Zn
Mo N
Mo Re
V2,95 Ga
Nb N
V3 Si
Nb3 Al
Nb3 Sn
Cu S
Pb Sb
|
2,2
6,0
10,8
12,0
12,6
14,4
15,2
17,1
18,0
18,1
1,6
1,5
|
b. Elemen Penghubung
Karena super konduktor mempunyai Hc dan Tc, maka dalam
pemakaian super konduktor sebagai elemen penghubung dapat menggunakan pengaruh
salah satu besaran di atas. Artinya suatu gawai penghubung yang menggunakan
super konduktor akan dapat berubah sifatnya dari super konduktor menjadi
konduktor biasa karena pengubahan suhu atau medan magnet di atas nilai
kritisnya. Pemutus arus yang bekerja dipengaruhi oleh magnetik dielektrik
Cryotron, misalnya digunakan pada pemutus komputer.
c. Rangkuman 2 :
Selain bahan penyekat atau isolator di atas, ada bahan lain
yang juga banyak digunakan dalam teknik ketenagalistrikan yaitu bahan
penghantar atau sering dinamakan dengan istilah konduktor. Suatu bahan listrik
yang akan dijadikan penghantar, juga harus mempunyai sifat-sifat dasar
penghantar itu sendiri seperti : koefisien suhu tahanan, daya hantar panas,
kekuatan tegangan tarik dan lain-lain. Disamping itu juga penghantar kebanyakan
menggunakan bentuk padat seperti tembaga, aluminium, baja, seng, timah, dan
lain-lain. Untuk keperluan komunikasi sekarang banyak digunakan bahan
penghantar untuk media transmisi telekomunikasi yaitu menggunakan serat optik.
Erat kaitannya dengan keperluan pembangkitan energi listrik,
yaitu suatu bahan magnetik yang akan dijadikan sebagai medium untuk konversi
energi, baik dari energi listrik ke energi mekanik, energi mekanik ke energi
listrik, energi listrik menjadi energi panas atau cahaya, maupun dari energi
listrik menjadi energi listrik kembali. Bahan magnetik ini tentunya harus
memenuhi sifat-sifat kemagnetan, dan parameter-parameter untuk dijadikan
sebagai bahan magnet yang baik. Dalam pemilihan bahan magnetik ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu ferromagnetik, paramagnetik, dan
diamagnetik.
Suatu bahan yang sekarang lagi ngetren dan paling banyak
sedang dilakukan riset-riset di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu
bahan semi konduktor. Berkembang nya dunia elektronika dan komputer saat ini
adalah merupakan salah satu peranan dari teknologi semi konduktor. Bahan ini
sangat besar peranannya pada saat ini pada berbagai bidang disipilin ilmu
terutama di bidang teknik elektro seperti teknologi informasi, komputer,
elektronika, telekomunikasi, dan lain-lain. Berkaitan dengan bahan semi
konduktor, pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu semi konduktor
dan super konduktor.
d.
Tugas 2 :
1.
Buatlah suatu percobaan untuk
menghitung nilai hambatan atau tahanan dari suatu kawat tembaga, dengan
diameter 1,5 mm2 dan 2,5 mm2, panjangnya 1 meter. Dimana
tahanan jenis tembaga itu adalah 0,0175
ohm mm2/m !
2.
Buatlah suatu percobaan dari dua
buah kawat penghantar yang berbeda (yang satu ACSR dan yang lain ACAR). Masing-masing penghantar tersebut mempunyai
panjang dan diameter yang sama atau menyesuaikan dengan keadaan. Amati tentang
: daya hantar jenis atau tahanan jenisnya, nilai resistansinya, muai panjang,
dan lain-lain yang memungkinkan untuk menambah pengetahuan saudara. Catat dan
laporkan kepada guru saudara tentang hal-hal yang saudara temukan/ketahui !
3.
Amatilah perbedaan antara magnet
permanen dengan magnet yang dibuat dengan induksi elektromagnetik. Lakukan
percobaan dan buat laporan perbedaan di antara kedua benda tersebut !
4.
Buat suatu percobaan untuk
mengetahui cara kerja dari bahan semi konduktor (dioda silikon atau germanium
yang ada di pasaran), yaitu dengan cara menghubungkan sebuah atau beberapa buah
dioda dengan sumber tegangan ac tertentu. Amati, catat dan buat laporan tentang
hasil percobaan yang telah saudara lakukan, dan berikan suatu kesimpulan
terhadap bahan semi konduktor tersebut !
e. Tes Formatif 2 :
1.
Sebutkan contoh bahan penyekat yang
digunakan untuk penyekat bentuk gas ?
2.
Suatu kawat tembaga mempunyai
diameter 2,5 mm2 digunakan untuk menghantarkan arus listrik. Ketika dilakukan
suatu percobaan, ternyata penghantar tersebut mempunyai tahanan sebesar 0,5
ohm. Jika kawat tersebut mempunyai daya hantar jenis sebesar 57, 143 m/ohm.mm2,
hitunglah berapa panjang kawat penghan tar tersebut ?
3.
Singkatan dari apakah ACSR dan ACAR
?
4.
Tuliskan kode penandaan untuk :
tembaga dan seng ?
5.
Sebutkan apa keuntungan dari suatu
penghantar yang menggunakan bimetal ?
6.
Jelaskan ciri-ciri dari platina dan
tentukan karakteristik dari bahan tersebut ?
7.
Pada bidang apa serat optik banyak
dipergunakan, dan apa keuntungan menggunakan serat optik dibandingkan dengan
yang lainnya ?
8.
Sebutkan macam-macam bahan magnet
menurut sifat pengaruh kemagnetannya ?
9.
Jelaskan apa yang saudara ketahui
tentang Permalloy ?
10. Apa
perbedaan antara semi konduktor intrinsik dan semi konduktor ekstrinsik ?
f. Kunci Jawaban Formatif 2 :
1.
Udara, Nitrogen, hidrogen, dan
karbondioksida
2.
Jawab : l = (0,5 x 2,5) x
57,143 = 71,43 meter
3.
ACSR : Aluminium Conductor Steel
Reinforced, sedangkan ACAR : Aluminium Conductor Alloy Reinforced
4.
Tembaga : 2xxx, dan seng
: 7xxx
5.
Keuntungan : (a) pada arus ac ada
kecenderungan arus melalui bagian luar konduktor (efek kulit), (b) dengan
melapisi baja menggunakan tembaga maka baja sebagai penguat penghantar
terhindar dari korosi.
6.
Platina merupakan logam berat,
berwarna putih keabu-abuan, tidak korosif, sulit terjadi peleburan, dan tahan
terhadap sebagian besar bahan kimia. Karateristiknya : massa jenisnya 21,4 g/cm3,
titik leleh 17750C, titik didih 45300C, a
= 9. 10– 6 per 0 C, resistivitasnya 0,1 W.mm2/m,
koefisien suhu 0,00307 per 0 C.
7.
Dalam bidang telekomunikasi
(TELKOM), keuntungannya antara lain : dimensi kecil dan ringan, bebas
interferensi elektromagnetik, tidak ada bahaya loncatan bunga api, tidak
terjadi gangguan hubung singkat, kemungkinan terjadi cross talk sangat kecil,
tahan terhadap kimia dan suhu, cocok untuk daerah tropis.
8.
(a) Diamagnetik, (b) Paramagnetik,
(c) Ferromagnetik, (d) Anti Ferromagnetik, )e) Ferrimagnetik (Ferit).
9.
Permalloy : paduan yang terdiri
dari besi-nikel dengan tambahan molibdenum, chromium atau tembaga.
10. Semi
konduktor intrinsik : semi konduktor yang terbuat dari bahan Silikon atau
Germanium yang masih murni belum ada campuran bahan lain. Sedangkan semi
konduktor ekstrinsik : semi konduktor yang terbuat selain bahan Silikon atau
Ger-manium, juga mendapat tambahan bahan lain seperti arsenikum (As)
atau Boron (B).
g. Lembar Kerja 2 :
1.
Alat
: mikrometer, obeng, tang, cutter, isolasi, termometer, meteran, alat tulis
menulis, ohmmeter, ampermeter, voltmeter, alat pendeteksi temperatur (sensor
suhu), osciloscop, dan lain-lain
2.
Bahan
: kawat tembaga, kawat ACSR, kawat ACAR, magnet permanen,
kawat tembaga atau kabel, batang besi, baterai atau aki, serbuk besi, kertas,
kabel, dioda silikon, dioda germanium, sumber ac, sakelar, dan lain-lain
3.
Keselamatan
kerja : jas lab, sarung tangan, senter, kerjakan sesuai
instruction manual, patuhi prosedur kerja yang telah ditentukan, patuhi
peraturan yang tercantum di lab atau tempat praktik.
4.
Langkah
kerja : tentukan peralatan-peralatan dan komponen-komponen
yang akan dibutuhkan, buat rancangan diagram pengawatan yang akan dilakukan,
pasang peralatan pengukur yang akan digunakan sesuai dengan diagram rencana,
rangkai peralatan yang telah dipasang, periksa dan uji rangkaian atau peralatan
yang telah dipasang, perbaiki apabila masih terdapat kesalahan atau komponen
yang belum berfungsi dengan benar, uji sesuai dengan prosedur dan instruction
manual yang berlaku, buat berita acara laporan pengujian atau percobaan
5.
Laporan
: Jawab pertanyaan-pertanyaan dan laporkan hasil pengujian
sesuai dengan tugas yang diberikan
III.
EVALUASI
PERTANYAAN
:
1.
Apa yang disebut koefisien muai
panjang ?
2.
Terangkan secara singkat apa arti
panas jenis suatu benda ?
3.
Air 2 kilogram suhu 80OC
dicampur dengan air 3 kilogram suhu 40OC. Hitunglah suhu akhir ?
4.
Sebuah benda dibuat dari bahan
perak, beratnya 2 kg dan suhunya 30OC. Jika benda tersebut dinaikkan
suhunya sampai 900OC, berapa kCal yang diperlukan untuk pemanasan
itu ? Panas jenis perak = 0,06.
5.
Berapa kCal panas yang diperlukan
untuk mencairkan timah seberat 4 kg pada suhu 20OC, jika diketahui :
panas jenis timah 0,03, pangkal cair timah 327OC dan kalor lebur
timah 5,9.
6.
Apa yang dimaksud dengan bahan
tambang dan sebutkan contohnya ?
7.
Apa bedanya karet, ebonit, dan
bakelit ?
8.
Pada bahan penyekat gas selain gas
Nitrogen dan Oksigen, sebutkan minimal lima jenis gas dan uap lain yang dapat
digunakan ?
9.
Sebutkan beberapa sifata dasar yang
harus dimiliki oleh suatu penghantar atau konduktor ?
10. Tuliskan
kode penandaan untuk bahan penghantar : Aluminium, Magnesium dan bahan yang
jarang digunakan ?
11. Untuk
apakah penggunaan Platina pada bidang teknik listrik ?
12. Sebutkan
macam-macam bentuk serat optik berdasarkan konstruksinya ?
13. Apa
yang dimaksud dengan bahan Ferromagnetik dan berikan contohnya ?
14. Apa
yang dimaksud dengan permalloy rendah dan permalloy tinggi ?
15. Berikan
contoh alat-alat yang menggunakan magnet permanen ?
16. Jelaskan
menurut saudara pengertian dari semi konduktor dan berikan contohnya ?
17. Berdasarkan
dari bahan pembuatannya, apa perbedaan antara semi konduktor jenis P dengan
semi konduktor jenis N ?
KUNCI JAWABAN
1.
Koefisien muai panjang : bilangan
yang menunjukkan pertambahan panjang dalam cm dari suatu benda yang panjangnya
1 cm bila dinaikkan suhunya 1OC.
2.
Panas jenis suatu benda : bilangan
yang menunjukkan berapa kalori yang diperlukan oleh 1 gram zat itu pada tiap
kenaikkan suhu 1OC.
3.
2(80-X) = 3(X-40) à 5X = 280 à X =
280/5 = 56OC.
4.
2(900-30)0,06 = 104,4 kCal
5.
4 kg dari 20OC – 327OC
à 4(t2-t1)0,03 = 4(327-27)0,03 = 36;
4 kg pada 327OC
= 4 x 5,9 = 23,6 kCal; à Jadi panas = 36 + 23,6
= 59,6 kCal.
6.
Bahan tambang : bahan yang berasal
dan terdapat dari penggalian dalam tanah dalam bentuk bijih yang harus diproses
dahulu untuk mendapatkan bahan yang dikehendaki. Contohnya : besi, seng, batu
pualam, asbes, mika, mikalek, batu tulis, dan lain-lain.
7.
Karet
: terbuat dari getah macam-macam pohon karet, ebonit : karet yang dicampur dengan belerang atau bahan lainnya
sekitar 30 – 50 % untuk mendapatkan kekerasan, dan bakelit : panduan secara
kimia bermacam-macam zat.
8.
Argon, Helium, Neon, Kripton,
Xenon, carbondioksida.
9.
Memiliki : daya hantar listrik yang
baik, koefisien suhu dari tahanan, daya hantar panas, kekuatan tegangan tarik,
dan daya elektro-motoris termo.
10. Aluminium : 1xxx; Magnesium
: : 5xxx; dan Bahan jarang pakai
: 9xxx
11. Penggunaan
platina pada teknik listrik : untuk elemen pemanas laboratorium tentang oven
(tungku pembakar) yang memerlukan suhu tinggi di atas 13000C, untuk
termokopel platina-rhodium (bekerja di atas 16000C), platina diameter
+ 1 mikron untuk menggantung bagian gerak meter listrik dan instrumen
sensitif lainnya, dan untuk bahan potensiometer.
12. (a)
berbentuk batang elektrik (selubung udara), (b) inti dengan lapisan tunggal,
(c) inti dengan lapisan ganda.
13. Bahan
yang mudah menyalurkan ggm dengan permeabilita di atas 1. Contohnya : Fe, Co,
Ni, Gd, Dy.
14. Permalloy
rendah : permalloy yang mempunyai kandungan nikel antara 40–50 %,
sedangkan permalloy tinggi :
permalloy yang mempunyai
kandungan nikel 72–80 %
15. Contohnya
: dinamo sepeda, speaker, mainan anak-anak (tamiya, mobil remote, dll.)
16. Semi
konduktor : suatu bahan yang terkadang dapat menghantarkan arus listrik, atau
konduktor, tetapi kadang-kadang berfungsi sebagai pengekat atau isolator.
Contohnya : Silikon (Si), dan Germanium
(Ge)
17. Jenis
P : apabila bahan semi konduktor murni (Si atau Ge) mendapat bahan tambahan
jenis boron (B), sedangkan jenis N : apabila bahan semi konduktor murni
tersebut mendapat tambahan dari jenis bahan arsenikum (As).
IV.
PENUTUP
Materi pembelajaran pada modul ini merupakan materi dasar
yang harus dimiliki oleh setiap siswa yang mengambil keahlian di bidang teknik
listrik, sehingga harus sudah menempuh materi pembelajaran atau modul Bahan
Listrik dan telah lulus dengan mendapat skor 60 (skala 100). Apabila belum
menempuh dan belum lulus, maka siswa yang bersangkutan harus melalui her
terlebih dahulu atau mengulang lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung
Murdhana dan Djadjat Sudrajat,
1993, Teknik Listrik STM, Armico, Bandung.
B.L.
Theraja dan A.K. Theraja, 1993, A
Text-Book of Electrical Technology, vol 4, Electronic Device and
Circuits, New Delhi.
Dieter
Kind, 1993, Pengantar
Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi,
ITB, Bandung.
Johny BR,
1992,
Keterampilan Teknik Listrik Praktis, Yrama Widya Dharma,
Bandung
Harten,
P. van, dan E. Setiawan, 1991, Instalasi Listrik Arus Kuat 1, Binacipta, Bandung
M.
Afandi dan Agus Ponidjo, 1977, Pengetahuan
Dasar Teknik Listrik 1, Direktorak Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen
P dan K, Jakarta.
Muhaimin, 1999, Bahan-Bahan Listrik Untuk Politeknik, Pradnya Paramita, Jakarta.
Soelaeman,
T.M., Samsudin, dan A. Rida Ismu,
1977, Ilmu Bahan Listrik 1, Direktorat Pendidikan Menegah
Kejuruan, Departemen P dan K, Jakarta
Tata
Sardia, dan Shinraku Saito, 2000, Pengetahuan Bahan Listrik,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar